Petani Kelapa Menjerit, Harga Menukik di 3 Bulan Terakhir

2193 views

MUARASABAK – Para Petani Kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur menjerit, harga buah kelapa dalam yang tak kunjung naik, bahkan terus merosot. Saat ini harga kelapa di tingkat petani hanya dihargai Rp 800 perbiji.

Seperti yang diungkapakan, Ridho satu diantara petani kelapa di desa Simbur Naik, Kecamatan Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Timur. Dia mengatakan, sejak tiga bulan terakhir harga terus merosot, saat ini harga buah kelapa dalam sangat jauh merosot dari harga sebelumnya. Apalagi pasca lebaran ini harga kelapa tembus dibawah Rp 1000 perbiji.”Aduh, dak ada harga nian kelapa sekarang, bulan puasa kemarin masih berkisar Rp 1.300an perbiji, sekarang seribu be tak sampai lagi,” kata Ridho, pada kamis (28/6).

Akibatnya, para petani enggan memanen buah kelapanya. Merekea lebih memilih membiarkan buah kelapa mereka berguguran di kebun, ketimbang memanen dan menjualnya.”Sekarang ini banyak orang yang tak mau panen. Kita rugi kalau dijual harga segitu, belum lagi upah pekerjanya, jadi biarkan belah nunggu harganya naik baru kita panen,” ujar Ridho.

Para saat ini hanya bisa pasrah, dan berharap situasi ini cepat membaik, harga kelapa kembali naik. “Kami pasrah baelah, nak diapoi lagi, bukan kita menentukan harga. Kami hanya berharap ada solusi dari pemerintah agar harga kelapa bisa kembali normal,” pungkas Ridho.

Jatuhnya harga kelapa dalam di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dibenarkan pihak Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tajung Jabung Timur. Menurutnya, jatuhnya harga kelapa dalam diprngaruhi oleh harga kelapa dunia yang juga merosot.”Bukan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur saja, tapi disemua wilayah di Indonesia pengahasil kelapa dalam mengalami hal yang sama,” kata Rajito, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada kamis (28/6).

Dijelaskan Rajito, sesungguhnya harga kelapa dalam itu dipengaruhi oleh harga kelapa dunia yang mengacu pada harga kelapa dari bursa komoditas rotterdam. Sementara Bursa ini juga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan kebijakan pemerintah. “Siklusnya seperti itu, karena produksi kelapa kita banyak diekspor. Untuk konsumsi dalam negeri sediri  melimpah,” ujar Rajito.

Selain itu dikatakan Rajito, Negara-negara yang menjadi tujuan eksport kelapa saat ini menutup keran impor kelapa ke negaranya. “Seperti di Negara Thailand, saat ini negara itu tidak mau lagi mengimport kelapa dari kita. Karena kita mereka juga mau memperbaiki harga kelapa dari negara mereka,” pungkas Rajito.(4N5)

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait