Rahima: Pelestarian Tekuluk Harus Berkelanjutan
Jakarta – Tekuluk, kain penutup kepala yang dikenakan perempuan, khas Provinsi Jambi, ditampilkan dalam salah satu pameran kerajinan terbesar di Indonesia, Kriyanusa 2019, di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (12/9) siang. Ditampilkannya Tekuluk Jambi dalam event nasional tersebut merupakan bagian darui upaya Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jambi bekerja sama dengan Dekranasda Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi untuk mempromosikan dan melestarikan Tekuluk Jambi.
Sebelum peragaan aneka ragam Tekuluk Jambi, terlebih dahulu diadakan Workshop Ragam Hias Tekuluk Jambi, dengan tiga orang narasumber, yakni : 1.Ketua Dekranasda Provinsi Jambi, Hj.Rahima Fachrori, 2.Kepala Museum Negeri Jambi dan penulis buku Tekuluk Jambi, Nurlaini, dan 3.Tokoh Penggagas Tekuluk Jambi, Hj.Ratu Munawwaroh yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Dekranasda Provinsi Jambi selama dua periode, dan saat ini merupakan pengurus Dekranas (Pusat). Pada kesempatan tersebut, Rahima mengenakan tekuluk dari Pulau Rengas Kabupaten Merangin.
Rahima menegaskan bahwa Tekuluk Jambi harus terus dilestarikan, artionya pelestarian tekuluk harus berkelanjutan, sebagai upaya untuk melestarikan salah satu khasanah budaya Provinsi Jambi. Maka dari itu, Rahima mengajak semua pengurus dan kader Dekranasda Provinsi Jambi dan Dekranasda Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi untuk bekerjasama melestarikan dan mengembangkan Tekuluk Jambi. “Harapan saya bahkan sampai level internasional,” ujar Rahima.
Rahima mengapresiasi para pengurus Dekranasda sebelumnya dan para pihak terkait yang telah menggagas mengangkat dan berusaha melestarikan Tekuluk Jambi, sembari menekankan bahwa pelestarian Tekuluk Jambi harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan. “Bahkan kita usahakan kembangkan dengan tetap berdasarkan nilai-nilai budaya Jambi. Dan bukan hanya tekuluk dan Batik Jambi yang kita lestarikan dan kembangkan, tetapi semua kriya (produk) kerajinan Jambi, terutama yang memiliki kekhasan Jambi,” jelas Rahima.
Rahima mengemukakan, dikenakannya tekuluk pada moment tertentu, seperti saat Peringatan Ulang Tahun Provinsi Jambi dan saat upacara-upacara budaya merupakan bagian dari upaya Dekranasda bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melestarikan tekuluk. Selain itu, pembinaan pengrajin juga terus dilakukan.
Ketua Dekranasda Provinsi Jambi ini berharap semakin banyak masyarakat luar Provinsi Jambi yang mengenal dan mengetahui Tekuluk Jambi, termasuk dengan ditampilkannya tekuluk di Kriyanusa 2019, Kriyanusa yang ke-4, dan masyarakat Provinsi Jambi semakin mencintai tekuluk sebagai budaya Jambi. Dan, penghasilan pengrajin tekuluk semakin meningkat, pengrajin tekuluk semakin sejahtera, serta bisa menambah lapangan kerja.
Tokoh Penggagas Tekuluk Jambi, Hj.Ratu Munawwaroh Ratu mengemukakan, menggagas mengenalkan dan mempromosikan Tekuluk Jambi dengan pemikiran bagaimana mengembalikan khas Jambi berdasarkan referensi yang pasti, maka saat menjabat Ketua Dekaransda Provinsi Jambi, dirinya melakukan kunjungan ke daerah (kabupaten/kota se Provinsi Jambi) dan memperbanyak kunjungan ke museum, termasuk rapat-rapat dilaksanakan di museum, untuk lebih lagi mengenalkan Tekuluk Jambi dan benda-benda budaya Jambi lainnya.
Ratu Munawwaroh menjelaskan, upaya lain yang dilakukan untuk lebih lagi mengenalkan dan mempromosikan Tekuluk Jambi adalah dengan memberlakukan tekuluk sebagai pakaian PNS (ASN) perempuan pada hari Rabu, dan mengusulkan agar tekuluk dimasukkan dalam Mulok (muatan lokal) pendidikan anak-anak sekolah di Jambi. Selain dipromosikan di dalam Provinsi Jambi, juga dipromomosikan ke luar Provinsi Jambi, yakni melalui Dekaranas (Pusat) dan ditampilkan dalam berbagai event nasional.
“Respon pemngurus Dekranas Pusat positif, senang karena unik dan sangat khas. Dengan semakin terangkatnya tekuluk, menimbulkan multiplier effect tidak hanya ke pengrajin, tetapi juga ke penjahit. Tekuluk Jambi ini warisan budaya yang tidak boleh hilang. Anak muda Jambi juga harus bangga dengan Tekuluk Jambi. Kita harus mengangkat kerajinan melalui kreativitas dan kewirausahaan yang sekaligus mengangkat kearifan lokal,” terang Ratu Munawwaroh.
Kepala Museum Negeri Jambi dan penulis buku Tekuluk Jambi, Nurlaini lebih menekankan pada filosofi yang terkandung dalam Tekuluk Jambi dengan jenis yang berbeda-beda, dan menjelaskan teknis mengenakan tekuluk. “Tekuluk Jambi tidak menggunakan peniti, tidak menggunakan jarum pentul, tetapi hanya lipatan, dan lipatan itu harus rapi,” ujar Nurlaini.
Nurlaini menerangkan jenis-jenis tekuluk Jambi, yakni tekuluk yang dipake sehari-hari, dipake di kantoran, hingga yang dikenakan oleh pemangku adat.
Nurlaini mengungkapkan bahwa Dekranasda se Provinsi Jambi bekerjasama dengan seluruh pihak terkait telah melakukan kajian dan dokumentasi terhadap Tekuluk Jambi, dan sudah dimuat dalam 3 edisi buku, dengan total 98 jenis Tekuluk Jambi (dalam edisi satu 42 jenis tekuluk Jambi, edisi dua 30 jenis, dan edisi tiga 26 jenis). “Yang sudah diteliti 98 jenis, terbanyak tersebar pada Suku Batin dan Kerinci,” kata Nurlaini.
”Kalau juntainya sebelah kanan berarti sudah menikah, kalau juntainya sebelah kiri berarti masih gadis. Bajupasangan tekuluk bagi yang sudah menikah lima senti di bawah lutut, bagi yang belum menikah lima senti di atas lutut. Tekuluk bukan hanya dipadukan dengan Batik Jambi tetapi juga dengan Songket Jambi,” jelas Nurlaini disertai dengan penjelasan maknanya.
Usai talk show, para pengurus Dekranasda Prpovinsi Jambi dan Bujang Gadis Jambi menampilkan berbagai jenis Tekuluk Jambi di atas panggung Kriyanusa 2019. Selain itu, Nurlaini mempraktekkan pemasangan tekuluk kepada dua orang pengunjung, yakni Tekuluk Pulau Rengas, Kabupaten Merangin kepada Anisa dan Tekuluk Rambahan dari Tebo kepada Ria Angel dari Jakarta.
Prsembahan lagu daerah Jambi turut memeriahkan peragaan Tekuluk Jambi. Dan, Dekranasda menyediakan Teh Kayu Aro Kerinci yang siap diminum dan beberap kue khas Jambi diantaranya kue Sagon Bakar yang bisa dinikmati oleh para pengunjung secara gratis, yang juga merupakan upaya mempromosikan Provinsi Jambi. (*/Syah)