Muara Bulian – Saat ini Cuaca di Kabupaten Batanghari masih alami peralihan musim, mulai dari musim hujan hingga kemusim kemarau. Seperti dari hasil pantauan yang diperoleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Dimana, hingga pertengahan Juli 2022 ini, total titik panas di wilayah setempat sudah mencapai 71 titik. Kamis (14/07).
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari Dwi Indra Cahyono mengatakan, saat ini pihak BPBD terus berupaya melakukan pemantauan terhadap potensi bahaya terjadinya kebakaran hutan dan lahan, salah satu upayanya ialah melakukan pantauan terhadap titik panas yang terjadi di wilayah setempat.
“Dari hasil pengecekkan yang dilakukan melalui satelit milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, puluhan titik panas yang ditemukan ini, dihimpun dari pemantauan yang dilakukan sejak Januari hingga 10 Juli lalu, adapun penyebaran titik panas yang ditemukan ini terbagi pada Januari sebanyak dua titik, Februari empat titik, Maret tujuh titik, April 10 titik, Mei 19 titik, Juni 10 titik, dan pada Juli ada 19 titik panas,”Ungkapnya
Dilanjutkan Dwi, titik ini ditemukan hasil dari hotspot pantauan sensor modis atau satelit terra. Dan untuk titik panas ini sendiri, tersebar di Tujuh Kecamatan yaitu Kecamatan Muara Bulian, Muara Tembesi, Bajubang, Batin 24, Pemayung, Maro Sebo Ulu, dan Mersam, sedangkan untuk Maro Sebo Ilir belum ditemukan titik panas.
“Untuk penyebab titik api saat ini terjadi di Tujuh Kecamatan tersebut, rata-rata dikarenakan banyaknya masyarakat yang melakukan peralihan lahan atau pembukaan lahan perkebunan baru,”Ujarnya.
Dengan demikian, dirinya menghimbau agar masyarakat untuk tidak lagi melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar, bahkan untuk sopir batubara juga di himbau untuk tidak membuang muatan dipinggr jalan, karena itu juga bisa membuat kebakaran, mengingat kondisi cuaca saat ini tidak bisa diprediksi. (RUD)