Harga TBS Menurun, Disbun Harap Petani Bermitra

Jambi – Dibandingkan 2 minggu yang lalu, harga Tandan Buah Segar (TBS) di Provinsi Jambi menurun sebesar Rp. 10,10. Hal ini disampaikan Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Jambi, melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan Standarisasi dan Pemasaran hasil Perkebunan Putri Rainun saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Kamis (21/2/19).

“Hari ini turun. Dari minggu lalu harganya Rp. 1.500, 55, hari ini menjadi Rp. 1.490,35. Jadi pengurangan harganya, Rp.10, 10 turun.” kata Putri.

Penyebab dari penurunan harga ini, yakni dikarenakan pasar global. Selain itu juga dari proses penjualannya, serta kondisi CPO itu sendiri seperti apa.

Namun walau demikian, harga TBS ini boleh dikatakan sudah mulai membaik. Dimana dulu harganya dibawah Rp.1.300 sekarang sudah mencapai Rp. 1.500 lebih.

Untuk itu, demi mendapatkan kestabilan harga, Disbun Provinsi Jambi selalu menghimbau kepada seluruh para petani, teruma yang swadaya untuk membentuk kemitraan. Karena menurutnya, yang bermitra saja kadang bisa memperoleh harga dibwah yang sudah disepakati bersama dengan pabrik, karena kualitas buahnya, apalagi yang tidak menjual TBS secara bermitra.

“Kami selalu menghimbau kepada para petani untuk membentuk suatu kelembagaan, dan bermitra. Karena dengan begitu, harga TBS yang di jual bisa memperoleh harga yang lebih baik.” jelasnya.

Selanjutnya dijelaskannya juga, kadang memang susah meminta para petani itu membentuk sebuah kemitraan agak sulit, karena kebanyakan dari mereka lebib memilih cara yang praktis dengan memperoleh langsung uang hasil dari penjualan TBS tersebut.

Sejauh yang ia tau, petani yang bermitra pun yang langsung menjual ke Pabrik itu juga tergantung dengan kesepakatan mereka bersama. Ada yang main sistem gajian, setiap bulan baru terima hasil penjualan buahnya, dan ada juga yang langsung terima.

“Namun menangnya petani yang bermitra, itu bisa memperoleh harga yang sudah disepakati pabrik dan petani tersebut. Tapi kan kenyatannya, kadang masyarakat itu lebih memilih menjual sendiri kepada tengkulak, dan langsung menerima uangnya. Karena memang tak bisa dipungkiri, kebutuhan yang mendesak membuat mereka menilih yang lebih praktis.” pungkasnya. (Syah)

Sudah dibaca 900