KUALA TUNGKAL, Kasus dugaan pelacehan seksual yang dilakukan oleh salah seorang oknum kepala sekolah (Kepsek) Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), Indika Venoliza di Kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Jambi terhadap siswinya (DY) memasuki babak baru.
Setelah menjalani proses pemeriksaan maraton di unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak)
Polres Tanjabbar, akhirnya sang oknum kepsek itu ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi karna unsur tindak pidananya terpenuhi. Hal ini dibenarkan oleh Peltu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PDK) Kabupaten Tanjabbar, Martunis Yusuf.
“Statusnya tersangka, sekarang di tahan di Mapolres Tanjab Barat,”kata martunis saat di bincangi wartawan beberapa waktu lalu.
Sayangnya, meski statusnya telah berubah menjadi tersangka, pihak Dinas PDK Tanjabbar sendiri tidak mengambil langkah tegas terhadap oknum Kepsek bejat tersebut.
“Belum, nanti undang-undang kepegawaian yang mengaturnya. Yang jelas proses belajar mengajar di SMP bersangkutan berjalan baik dan lancar,”ungkap Martunis.
Hingga saat ini korban mengalami gangguan psikologis yang cukup berat. Dari hasil pemeriksaan psikologi oleh dokter menunjukan bahwa kondisi korban telah mengalami traumatik yang luar biasa.
Sementara, pihak Polres Tanjabbar yang menangani perkara dugaan kasus pelecehan seksual siswi SMP tersebut menyatakan penanganan kasusnya masih terus berlanjut.
“Kasus kepala sekolah sudah dalam tahap penyidikan,”ujar Kapolres Tanjabbar melalui Kasat Reskrim Polres Tanjabbar, AKP Pandit Wasito
Sebelumnya, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muara Papalik Wilayah Tungkal Ulu Tanjab Barat, Indika Venoliza dilaporkan orang tua murid ke Aparat hukum. Pasalnya, dari informasi yang didapat, oknum Kepsek tersebut telah melakukan pelecehan seksual kepada DY (13) salah seorang siswi yang menempuh pendidikan di SMP setempat.
Gono Desperado orang tua DY berhasil ditemui Harian ini menuturkan jadi pada rabu (26/4), dirinya bekerja dibengkel datanglah ibu Maria Guru IPS di Sekolah tempat anak kandungnya menuntut ilmu. Ibu maria bilang kalau anak kandungnya telah dilecehkan oleh Kepala Sekolah.
” Saya lagi kerja dibengkel ibu Maria datang, terus saya dipanggil kedalam rumah. Ibu itu bilang, bapak jangan marah, anak bapak telah dilakukan pelecehan,” ungkap Gono kamis (27/4).
Setelah dapat kabar dari ibu Maria dirinya pun langsung menanyakan hal itu pada DY. ” Kata anak saya, ya pak saya dipanggil disuruh keruangan Kepala Sekolah entah ada apa sampai disitu saya dipeluk-peluk dicium-cium. Saya tanya sebatas itu gak lebih. Gak kata anak saya,” sebutnya.
Setelah mendengar keterangan dari anak, dan Gurunya tanpa pikir panjang dirinya langsung melaporkan kejadian itu ke Pihak Polsek Merlung.
“Jadi tanpa pikir panjang saya langsung ke Polsek bikin laporan. Setelah saya bikin laporan baru saya tahu kejadian dan pihak sekolah tahu itu,” sebutnya.
Jadi kata Gono, saking seringnya anaknya diberlakukan hal kurang pantas oleh seorang pendidik kepada muridnya, anaknya pun lupa sudah berapa kali. ” Bahkan pengakuan anak saya sudah sering. Karena seringnya anak sampai gak ingat berapa kali. Jadi anak ini trauma,” kata Gono.
” Saya bilang ke anak, kenapa kamu tidak cerita sama bapak. Kan bapak sudah pesan selama ini kalau lawan jenis sentuh kamu, kasih tau bapak,” tambahnya
DY juga cerita dengan dirinya, kalau saat dipanggil diancam.” Kalau kamu mau aman kamu turutin apa kemauan bapak.
Begitu pengakuan anak saya jangan bilang siapa-siapa diancam nilai pelajaranya,” ungkap Gono.
Sebelum ibu Maria kerumahnya, tutur Gono, perlakuan itu sudah dilaporkan ke salah seorang guru bernama ibu Tamba.” Setelah anak saya melapor ke ibu Tamba yang juga guru di SMP itu, baru ibu maria diutus kerumah, ” sebutnya.
Ditambahkan Gono, perlakuan ini bukan hanya guru yang tahu tapi pak Sumardi tukang kebun sekolah juga mengetahuinya.
” Sebelumnya juga pernah dipergokin tukang kebun sekolah, dan dia lapor ke Wakil Kepala Sekolah, tapi tidak ditanggapi oleh Wakil Kepala Sekolah.
Entah karena rasa takut atau apa, mereka ini seperti ada pembiaran,” kesalnya.
Sementara itu DY (13) ketika dikonfirmasi harian ini mengakui bahwa perbuatan tak senonoh kepala sekolah yang diterimanya sudah terlalu sering. Sehingga dirinya sendiri tidak dapat mengingat jumlahnya lagi karena sudah terlalu seringnya.
” Bapak kepala sekolah memanggil kami ke ruangannya. Kami dimarahi dan dinasehati. Lalu, tangannya memegang-megang. Kami dipeluk dan dicium dikening, pipi, dan bibir. Bukan itu saja, tangannya juga memegang dada, pinggang dan pinggul,” ungkap DY.
Kejadian terakhir, diakui DY dirinya juga dipanggil kepala sekolah tersebut. Akan tetapi, karena sudah tau nasib buruk yang akan menimpanya, DY melaporkan panggilan tersebut kepada guru Bahasa Indonesia, Bu Tamba. Lalu, oleh guru Bahasa Indonesia tersebut, menyampaikan kepada guru IPS, Bu Maria.
Oleh Maria, DY dilarikan dan diantar pulang ke rumah orang tuanya. Dan guru tersebut pun menceritakan kejadian itu kepada orang tua DY. Dy mengakui perbuatan tak senonoh itu diterimanya sudah cukup lama.
Terutama ketika persiapan mereka untuk mengikuti kegiatan Pramuka di tingkat kabupaten.
Namun, DY merahasiakannya sendiri karena sudah diancam kepala sekolah. Akan tetapi, ketika setiap kali dirinya keluar menangis dari ruang kepala sekolah, temannya yang mengetahui itu pun menceritakan kepada orang tuanya yang juga penjaga sekolah, Sumardi.
Lantas si penjaga sekolah melakukan pengintaian setiap kali kepala sekolah memanggil DY. Dari situlah kemudian penjaga sekolah menyaksikan langsung bagaimana aksi kepala sekolah memeluk dan mencium DY. Merasa tidak tahan dengan prilaku tersebut, lantas disampaikan kepada wakil kepala sekolah. Akan tetapi wakil kepala sekolah tidak ditanggapi.
Maka dari itu, penjaga sekolah kemudian melaporkan peristiwa itu kepada Bu Tamba, guru di sekolah tersebut. Bu Tamba pun menceritakan hal itu kepada Bu Maria sejawatnya.
” Karena saya sudah tidak kuat lagi, saya menceritakan semuanya sama bu Tamba. Saya nangis dan saya mengaku takut setiap dipanggil kepala sekolah. Takut diperlakukan seperti itu lagi,” ungkap DY.
DY pun menceritakan upaya kepala sekolah memberikannya uang. Tetapi ditolaknya. Akan tetapi si kepala sekolah tetap memaksa dirinya menerima dan akhirnya diterima. DY pun mengakui bahwa dirinya ada upaya yang dilakukannya menolak atau menepis ketika tangan kepala sekolah coba memeluk dan memegang-megang tubuhnya. Dirinya pun telah berupaya mendorong tubuh kepala sekolah yang ingin memeluknya. Karena kalah postur dan takut dimarah. Akhirnya, DY pasrah ketika kepala sekolah memeluknya.
Ternyata bukan hanya DY yang diperlakukan seperti itu, rekannya sesame kelas II SMP, MG (13) namun berbeda kelas diperlakukan serupa. Akan tetapi perbuatan kepala sekolah tersebut belum sampai sebanyak tindakannya kepada DY.
” Saya juga sering dipanggil. Beliau caranya baik. Menasehati. Tetapi kemudian tangannya memegang-megang. Kepala, bahu, pinggang, pipi, hidung, dan mencium juga,” ungkap MG.
Ketika DY bercerita hal itu, dirinya baru mengetahui jika DY mengalami perbuatan yang jauh lebih berat dari yang dialaminya. Namun, dirinya mengaku belum melaporkan hal itu, karena merasa tidak terlalu separah DY.
Teman DY yang ikut mendampingi dalam pelaporan tersebut, AL mengakui bahwa temannya kerap bercerita tentang perbuatan kepala sekolah kepada dirinya. DY mengaku sangat takut setiap dipanggil kepala sekolah. Curhat DY kepada dirinya sendiri sudah terjadi lebih kurang dua bulan lalu.
” Teman aku itu, (DY) takut bila dipanggil kepala sekolah. Dirinya cerita, dimarahi, pokoknya selalu dicari-cari salahnya agar DY bisa dipanggil ke ruang kepala sekolah. Sudah itu, kalau keluar pasti nangis. DY cerita kalau sering dipeluk, dicium dan dipegang-pegang kepala sekolah,” terang AL.
Selain itu, Maria, guru IPS mengatakan bahwa dirinya mendapatkan cerita sedih kejadian yang menimpa DY dari Tamba guru bahasa Indonesia. Dan Maria mengakui jika memang dirinya yang menceritakan kejadian itu kepada pihak keluarga DY.” Memang benar saya yang menceritakan ke keluarga DY. Tetapi cerita itu saya tau dari bu Tamba yang mendengar curhat langsung DY. Barulah bu Tamba cerita ke saya,” tutur Maria. (eko)