JAMBI–Jumat 17 Mei 2019, mahasiswa Prodi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi (Unja) menggelar buka puasa bersama dengan cara yang berbeda, seperti jelang berkumandang adzan magrib mereka membuka forum diskusi public membahas nasib Candi Muara Jambi yang menjadi icon Pariwisata Provinsi Jambi.
Memilih candi itu sebagai objek diskusi, karena dinilai layak diperbincangkan dan disyiarkan ketengah public, karena sejak 10 tahun masuk dalam Tentative List Situs Warisan Dunia UNESCO (diajukan pada 6 Oktober 2009-red) sampai saat ini masih “mangkrak”.
Diskusi dihadiri 50 orang mahasiswa dan dilaksanakan disalah satu rumah makan, di daerah Telanaipura, mulai pukul 16.00 sampai dengan 18.00 wib.
Sementara itu, diskusi yang berlangsung selama sekitar dua jam tersebut menghadirkan narasumber Dosen Hukum Internasional Fakultas Hukum UNJA, Mochammad Farisi, LL.M, pria yang notabenenya juga menjabat sebagai Ketua KOPIPEDE Provinsi Jambi ini membahas perlindungan internasional World Heritage Site.
Selama diskusi berlangsung masing-masing nara sumber menguraikan materi yang berbeda, seperti halnya Ketua Prodi Arkeologi FIB UNJA, Asyhadi Mufsi Sadzali, MA, ia menjelaskan Justification of Outstanding Universal Value (OUV) Candi Muara Jambi.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Drs. Ujang Hariadi menyampaikan materi manajemen pengelolaan Candi Muara Jambi.
Vista Astrilianda, mahasiswa arkeologi angkatan 2017 sebagai ketua panitia acara menjelaskan, bahwa acara ini bertujuan meningkatkan tali silaturahmi antara mahasiswa arkeologi dan sekaligus diisi majelis ilmu bersama narasumber yang ahli dibidangnya. “Ini juga bentuk kepedulian kami terhadap Situs Candi Muara Jambi yang masuk dalam janji politik “Jambi Tuntas” bahwa akan mengembangkan candi ke level internasional namun saat ini belum juga terwujud, ” terangnya.
Mendapat giliran pertama menyampaikan materi, Mochammad Farisi Dosen Hukum Internasional menjelaskan bahwa situs ini sangat berpotensi menjadi Warisan Dunia UNESCO, untuk itu persiapan menuju kesana harus memenuhi semua persyaratan yang ada didalam World Heritage Convention 1972 dan Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention, yaitu memenuhi 4 syarat Outstanding Universal Value: pertama memenuhi 10 kriteria, kedua integritas dan keaslian, ketiga perlindungan dan manajemen pengelolaan serta keempat analisis perbandingan. “Keempat syarat ini harus dipenuhi dan di update terus menerus apabila pemerintah daerah mau serius menjadikan situs ini menjadi warisan dunia, ” tegas dia.
Senada dijelaskan Ketua Prodi Arkeologi UNJA, membahas tentang OUV Candi Muara Jambi, katanya berdasarkan dossier yang telah didaftarkan ke World Heritage Centre, situs ini memenuhi criteria (ii), (iii), dan (iv) yaitu pertama, memiliki peran global dimasa lalu menjadi universitas terbesar atau pusat pendidikan se Asia Tenggara yang mejadi tempat belajar cendekiawan dari seluruh dunia salah satunya It Sing Biksu dari China, kedua nilai penting dari segi arsitektur bangunan candinya yang unik dan memiliki makna filosofisyang mendalam baik secara harmony alam dan yang maha kuasa, poin ketiga nilai yang luar biasa dari segi pengembangan pengetahuan hidrologi dan tata kelola air dengan membuat kanal-kanal buatan untuk mengendalikan banjir sekaligus sebagai arus transportasi.
Hadir sebagai narasumber mewakili pemerintah, UJang Hariadi, Kadis Budpar Provinsi Jambi menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jambi hanya berwenang membantu proses menuju warisan dunia. ” Kami sudah melakukan promosi dan seminar serta kajian-kajian ilmiah tentang candi ini, baru-baru ini saya beserta pemda Muaro Jambi telah bertemu dengan Direktorat Pelestarian Kemendikbud untuk membentuk Badan Pengelola Candi Muara Jambi yang berisi para ahli, pemda dan juga perwakilan masyarakat, Insyallah tahun depan bisa terwujud sehingga pengelolaannya bisa lebih professional. Saya juga sangat bersyukur bahwa masyarakat sekitar sangat peduli dengan menjaga dan melestarikan cerita-cerita rakyat atau fokhlor, ” ungkapnya.
Selain ketiga narsum diatas diskusi juga dihadiri oleh Agus Sudaryadi dari BPCB Jambi, Kabid Destinasi Sundari dan Kasi Purbakala Yatim.
Setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab dari mahasiswa dan ditutup dengan berbuka puasa bersama. (yop/fak. Ilmu Budaya Unja)