Melihat Lebih Dekat Keakraban Al Haris dengan Warga Tanjab Barat

847 views

Dihadiri Al Haris, Lomba Gasing Tradisional Bertambah Seru

Kuala Tungkal – Al Haris, Bupati Merangin yang juga kandidat Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Jambi, Sabtu (9/2/2020) mengunjungi Kualatungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

Perjalanan dari Kota Jambi berhenti di pertama kali di Hotel Rivoli, Jalan Prof Dr Sri Soedewi, Tungkal Harapan, Tungkal Ilir, Tanjabbar. Di sini mantan penjual koran ini melantik tim pemenangan untuk Kabupaten Tanjabbar. Ketua koordinator kabupaten (Korkab) dipercayakan kepada Agus Susanto.

Setelah menyampaikan strategi, amanat dan harapannya jika terilih jadi Gubernur Jambi 2021-2024, Haris melanjutkan perjalanan ke Tungkal 5, Seberang Kota, Tanjabbar.

Pejabat yang pernah jadi penjual martabak ini berhenti di dermaga Water Front City (WFC) Kualatungkal. Beserta rombongan, Haris naik perahu speedboat ke Tungkal 5.

Saat di perahu, ia terlihat tenang dan tertawa renyah seakan-akan mengenang masa lalunya yang pernah tinggal di Kualatungkal.“Saya waktu bujangan pernah tinggal di Tungkal, jadi tidak aneh lagi kalau naik speedboat,” kata Haris.

Tak berapa lama speedboat berangkat. Angin kencang dan debur ombak yang menghantam perahu, tak mampu mengusir senyum dari bibir pria kelahiran Sekancing, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi ini.

Sambil bercakap-cakap dengan tim di sebelahnya, Haris yang mengenakan baju kemeja biru garis-garis lengan panjang, celana katun hitam dan peci hitam itu, asyik menikmati perjalanan menyusuri Kuala Pengabuan. Sekitar 30 menit dari Kualatungkal, akhirnya speedboat merapat di dermaga Tungkal 5.

Kala itu waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Bergegas, Haris Si Anak Dusun ini mengejar masjid terdekat dengan langkah kakinya yang cepat. Saking cepatnya, tim dan rombongan di belakangnya terpaksa mengejar dengan berlari-lari kecil.

Sesampai di masjid Tungkal 5, Masjid Sabila Mutaqin, Haris lagi-lagi bergegas ke tempat wudhu. Usai berwudhu, ia menuju ke dalam masjid yang sudah dipenuhi masyarakat setempat.

Rombongan yang ikut dengannya meminta Haris menjadi imam sholat Magrib. Meski menolak, namun pada akhirnya Haris tetap mengimami sholat kali ini.

Setelah mengucap salam, Haris melayani jamaah yang sudah hadir di dalam masjid. Acara ramah tamah dan diskusi ringan dilanjutkan hingga akhirnya masuk waktu sholat Isya.

“Baru Haris yang datang langsung ke tempat kami yang jauh ini, calon gubernur lain tak pernah,” ungkap seorang jemaah yang hadir di masjid itu.

Usai Isya, Haris keluar masjid lalu mengajak rombongan melanjutkan perjalanan menyusuri tepian Kuala Pengabuan.

Kali ini menggunakan motor. Belasan motor diisi dua sampai tiga orang. Masing-masing dipaksa melalui jalan terjal menuju Desa Harapan Jaya, sekitar 30 menit lebih dari Tungkal 5.

Sepanjang perjalanan, Haris beserta rombongan disuguhi jalan berlubang bekas coran yang sudah mengelupas dan hanya tersisa semen dan besi menyembul. Belum lagi lubang-lubang jalan yang besar berisi genangan air yang memercik ke kaki ketika dilalui.“Kami kayak dak diperhatikan oleh bupati. Lah lamo jalan kayak gini tapi dak diperbaiki juga,” ungkap driver motor yang dikendarai penulis.

Gasing Tradisional yang Sempat Hilang 13 Tahun

Setengah jam kemudian, rombongan tiba di arena pertandingan gasing tradisional. Yup, pondok sederhana dengan dinding kawat menyambut Al Haris. Di luar ratusan orang mengelilingi bangunan sekitar 20 m x 20 m itu. Sedang para pemain berada di dalam “kandang” kawat.

Haris mengambil posisi di sebelah kanan bangunan. Ia duduk, lalu tersenyum ramah kepada para pemain dan penonton yang ada.

Permainan dilanjutkan. Regu penyerang dan regu bertahan diadu. Gasing-gasing berpusing di lantai tanah. Satu gasing yang dirancang bertahan, dihantam oleh gasing yang dirancang membentur/menumbuk. Jika kena tumbukan dan kedua gasing masih berputar, maka perhitungan akan dibebankan kepada gasing mana yang berputar lebih lama. Yang lama berputar menang. Selain itu, jika tidak kena tumbukan, maka gasing bertahan menang.

Masing-masing regu diberi kesempatan 8 kali tumbukan. Jika gasing bertahan menang terus hingga 8 kali tumbukan, maka regu yang bertahan akan menang.

“Gasing ini 13 tahun lalu booming di Tungkal. Tapi sempat hilang. Sekarang ramai lagi,” ungkap Satrio Wibowo (23), salah seorang pemain gasing asal Desa Kuala Baru, Kecamatan Seberang Kota.

Demam gasing diakuinya mulai melanda warga Tungkal sejak setahun lalu di bagian hulu, dan 6 bulan di bagian hilir Tanjabbar.

Satrio menjelaskan, 1 regu diisi 10 orang. 8 orang bertugas pemukul sedang 2 lagi menempati posisi pemain cadangan.

Ada dua jenis gasing yang dimiliki tiap pemain. Yakni, gasing bertahan dan gasing penumbuk. Desain gasing memang berbeda, namun beratnya hampir sama. Yup, sama-sama berat karena gasing ini terbuat dari kayu rukam.

Kayu Rukam Ini dijual cukup murah. Yang sudah siap dibentuk, satunya batangnya hanya Rp 50 ribu.“Perajinnya khusus. Memang ada yang ahli buat gasing ini,” tambah Satrio.

Sementara, Al Haris tampak serius dan wajah ceria memperhatikan pertandingan yang kian malam kian ramai ditonton warga tersebut.

Usai mencoba bermain gasing, Al Haris pamit diri dan melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi rombongan naik motor dan menyusuri jalan terjal menuju Tungkal 5.

Perjalanan diakhiri dengan menaiki speedboat menuju dermaga WFC Tungkal Ilir, ke Tungkal Hotel, lalu istirahat. (biru)

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait