Peringati Hari Kebangkitan Nasional 2024, HM Sebut Ini Momen Penting untuk Mengenang Perjuangan Para Pahlawan Merebut Kemerdekaan dengan Perbuatan Positif   

1034 views

JAMBI – Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei setiap tahunnya memiliki makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Ini adalah hari yang mengingatkan kita pada pentingnya persatuan dan kesatuan dalam perjuangan, demikian dikemukakan H. Muslim, Anggota DPRD Kota Jambi, Komisi IV.

Hari Kebangkitan Nasional mengajarkan kita bahwa persatuan adalah kunci untuk meraih kemerdekaan dan mencapai tujuan bersama sebagai bangsa.  “Peringatan Harkitnas ini tidak lepas dari peran tokoh nasional dan organisasi Budi Utomo dalam membangkitkan semangat perjuangan menuju kemerdekaan, sebagai anak bangsa 20 Mei 2024 kemarin merupakan momen penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang kembali perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan, ” tutur pria akrab disapa HM ini, dalam wawancaranya bersama wartawan media ini, Selasa 21 Mei 2024.

Banyak cara bagi kita sambung HM yang saat ini duduk di Komisi membidangi kesehatan dan pendidikan sesuai dengan misi perjuangan para tokoh nasional dirangkum dalam Harkitnas itu  untuk mengenang jasa pahlawan dan tokoh nasional seperti halnya Budi Utomo yang gigih sehingga dapat melahirkan anak-anak bangsa yang terdidik, salah satunya dengan terus menimba ilmu sampai akhir khayat. “Sifat-sifat para tokoh kita patut kita contoh, meski tidak angkat senjata dan berperang dengan melakukan hal-hal positif itu sudah mencerminkan kita sudah mengenang jasa-jasa pahlawan kita, ” imbuh HM.

Berikut sejarah Berdirinya Organisasi Boedi Oetomo Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, sejarah lahirnya Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi oleh berdirinya organisasi Boedi Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908.

Organisasi ini didirikan oleh Dr Soetomo dan para mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA) atas anjuran Dr Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA yang menginginkan martabat rakyat dan bangsa Indonesia.

Nama Budi Utomo dipilih atas usul M Soeradji yang dilatarbelakangi saat Dr Wahidin Sudirohusodo hendak ke Banten dan singgah di STOVIA. Saat itu Soetomo memberikan komentar terhadap usaha Dr Wahidin Sudirohusodo yang mempropagandakan adanya studiefonds, “Menika satunggaling padamelan sae serta nalakaken budi utami” yang memiliki arti “Itu suatu pekerjaan baik dan menunjukkan budi yang utama”.

Kata “budi utami” merupakan bentuk kromo dari “budi utomo”. M Soeradji sebenarnya mengusulkan dua nama untuk organisasi tersebut yaitu “Eko Proyo” dan “Budi Utomo”. Namun, yang akhirnya digunakan adalah Budi Utomo.

Sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada tokoh yang memiliki gagasan dan mencetuskan ide pembentukan organisasi di STOVIA, yaitu Soetomo maka nama tersebut dipilih. Pada tahun 1958, Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan ditandai dengan peringatan setengah abad berdirinya Budi Utomo.

Budi Utomo memiliki semboyan “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas” yang menggunakan filsafat pohon beringin. Biarpun tumbuhnya lambat, namun semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang.

Melansir dari laman resmi Kemdikbud, berdirinya Boedi Oetomo tidak dapat terlepas dari STOVIA. STOVIA atau School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen merupakan sekolah pendidikan dokter bumiputera.

Pada penghujung abad ke-19, berbagai wabah penyakit tersebar di Pulau Jawa menyebabkan Pemerintah Kolonial Belanda kesulitan mengatasi masalah ini karena mengeluarkan biaya yang besar untuk mendatangkan dokter dari Eropa. Oleh karena itu, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan STOVIA untuk menghasilkan dokter dari kalangan pribumi.

STOVIA memberikan pendidikan gratis bagi mahasiswa untuk menarik minat kaum bumiputera. Selain melahirkan dokter, STOVIA juga melahirkan tokoh-tokoh aktivis berintelektual yang membuka jalan menuju kemerdekaan Indonesia.

Tokoh yang mendirikan Budi Utomo, organisasi pertama di masa pergerakan nasional merupakan aktivis yang berasal dari STOVIA yaitu Dr Sutomo, Dr Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo. (yop)

 

 

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait