20 Tahun Tanjabtim

1044 views

KERJA KERAS UNTUK KEMANDIRIAN WARGA

MUARASABAK, RJC – Kompleksnya peluang dan tantangan untuk mewujudkan kesejahteraan warganya, duet Romi Hariyanto – Robby Nahlisyansyah berupaya maksimal agar setiap program kerja setiap organisasi perangkat daerah (OPD) saling integral. Mempersiapkan kemandirian masyarakat dianggap keharusan, demi menyongsong geliat kemajuan daerah yang terus tumbuh signifikan. Bupati dan Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur itu tak rela warganya hanya jadi penonton di tanahnya sendiri.

Saban ada informasi baru tentang dunia perikanan, perkebunan atau peternakan, Romi langsung menyatakan minatnya untuk tahu lebih dalam. Apalagi jika informasi itu dirasa sesuai dan layak untuk diterapkan di kabupaten yang ia pimpin. Tahun 2017 lalu, Romi mendatangi usaha budidaya ikan toman di Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Selama dua hari di sana, Romi menggali informasi tentang budidaya toman mulai dari pembibitan hingga pemasaran pasca panen. Alasan ketertarikannya itu karena Tanjabtim dirasa punya potensi untuk menggalakkan budidaya toman. Apalagi, ternyata pasokan pakan 10 tambak yang ia kunjungi sebagian besarnya berasal dari Tanjabtim. Lahan untuk pembuatan tambak pun masih terbentang luas di berbagai kecamatan di Tanjabtim. Karena membutuhkan investasi besar, ketika itu Romi mempersilahkan pengusaha tambak toman tersebut membangun tambaknya di Tanjabtim. Selain pakan yang lebih murah karena langsung dari sumbernya, biaya membangun tambak di Tanjabtim relatif lebih murah pula dibandingkan membangun tambak di Tanjung Pinang. Harapan Romi, kelak ketika tambak – tambak itu menghasilkan, menjadi rangsangan bagi pengembangan di kawasan lain oleh petambak Tanjabtim sendiri.

Pada akhir Juli tahun lalu, Romi mendatangi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia di Jember Jawa Timur. Tak tanggung, Romi juga menyertakan sejumlah kepala dinasnya dan petinggi PT Petrochina Internasional Jabung Ltd. Tujuannya, Romi ingin serius mengembangkan kopi Liberika. Sebab, selama ini Liberika ternyata cocok ditanam di sejumlah lahan perkebunan penduduk. Bahkan Liberika ini sudah ditanam sejak puluhan tahun silam oleh petani di sejumlah desa. Hanya saja memang pengelolaannya masih sangat tradisional.

Kedatangan Romi ke Puslitkoka adalah untuk meminta kesediaan Puslitkoka memberi pendampingan terhadap rencananya mengembangkan Liberika secara lebih massif. Selain itu, ia ingin memastikan apa saja langkah yang harus segera dipersiapkan sesuai tata kelola perkebunan kopi professional. Adapun Petrochina disertakan karena sudah ada kesepakatan bahwa perusahaan tambang migas itu bersedia mengucurkan dana CSR nya untuk pilot projek pengembangan Liberika.

Puslitkoka sendiri merupakan pusat rujukan bagi petani, pebisnis maupun penikmat kopi di Indonesia bahkan mancanegara.

Menurut Romi banyak hal yang cukup fundamental harus segera dilakukan bersama tim pengembangan Liberika. Persiapan pengembangan Liberika itu ingin ia pastikan berjalan sesuai standar Puslitkoka.

Tak sia – sia, kunjungan Romi itu disambut baik Puslitkoka. Bahkan lembaga yang berisi para ahli, yang sudah berdiri sejak 1911 itu, menyatakan kesiapannya bekerjasama dengan Pemkab Tanjabtim mengembangkan Liberika. DR. Agung Wahyu Susilo, Kepala Puslitkoka, kemudian mendelegasikan sejumlah ahli untuk tugas itu. Sudah beberapa kali mereka turun langsung ke Tanjabtim. Mulai baselandstudy, penyiapan demplot hingga pembimbingan professional kepada petani lokal yang selama ini menggeluti Liberika. Kini Liberika sudah ditanam di sejumlah lokasi. Petani lokal yang selama ini cenderung salah urus tanaman kopinya, kini sudah lebih terarah dan hasil panennya jauh lebihi meningkat dari sebelumnya.

Awal Februari lalu, Romi kembali mendatangi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) di Malang Jawa Timur. Kali ini Bupati Tanjabtim itu menjajaki kemungkinan pengembangan pisang abaka, bunga matahari, serai wangi dan kelapa pandan wangi. Pisang abaka adalah jenis pisang yang dimanfaatkan seratnya untuk produksi uang kertas uang dollar, yen, peso, uero dan juga security papers. Abaka juga digunakan untuk bahan interior mobil, dekoratif manufaktur dan juga berbagai produk ringan seperti pampers dan kantung teh celup. Pisang ini tidak untuk dikonsumsi, yang dimanfaatkan adalah batangnya. Tiap lapisan kulit batang dipress menjadi serat. Tanaman yang mampu hidup hingga di atas 15 tahun itu potensi produksinya dua sampai empat ton serat kering perhektar. Abaka diperkirakan cocok ditanam di sejumlah wilayah Tanjabtim. Apalagi pisang abaka ini bisa ditanam sebagai tanaman sela. Misalnya di antara kelapa. “Petani jadi punya alternatif, bisa kopi bisa juga abaka ini sebagai tanaman sela,” kata Romi.

Karena Tanjabtim bersama Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan sama – sama tertarik memproduksi abaka, bupati Romi berharap Balittas bisa ikut andil memastikan rencana tersebut berjalan sukses. “Terutama soal kepastian pasarnya. Jangan sampai nanti kita produksi tapi tidak ada yang beli. Karena itu kami butuh peran Balittas bukan hanya memastikan bagaimana proses pengembangannya tapi juga membantu menembus pasarnya dengan memanfaatkan hubungan baik Balittas dengan pelaku pasar selama ini,” kata Romi.

Bambang Sugiyanto, seorang eksportir asal Surabaya yang selama ini menggeluti bisnis abaka dan kelapa dalam, yang juga hadir di pertemuan itu, memberikan kontribusi informasi yang sangat bermanfaat. Pengusaha yang sudah puluhan tahun menggeluti bisnis komoditi perkebunan itu aktif dalam diskusi tersebut.

Bambang juga yang menjelaskan bahwa pasar abaka tidak bisa mengandalkan satu customer. Pasalnya, serat hasil abaka biasanya mencakup tiga klasifikasi kualitas. “Harus ada garansi dari beberapa customer supaya nanti serat abaka yang dihasilkan bisa diserap optimal, dalam hal ini saya siap membantu.”jelas Bambang.

Sebelumnya Bambang juga sudah cukup intens berkomunikasi dengan Pemkab Lingga terkait pengembangan abaka. Bambang bersama bupati Lingga Alias Wello bahkan juga sudah beberapa kali ke Tanjabtim. “Saat ini kita sedang mempersiapkan pembangunan pabrik pengolahan abaka. Kalo tidak di Lingga ya di Tanjabtim. Kita lihat mana yang lebih prospektif,” ucap Bambang.

Kini sejumlah komoditas itu ia terapkan sebagai percontohan di lokasi KTM Geragai. Bahkan untuk serai wangi saat ini sudah masuk tahap uji kualitas pasca panen di Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT).

Gerak gesit bupati Romi ke sana kemari membangun komunikasi dengan para professional itu seakan tak pernah surut. Ia bersemangat, tujuannya tak lain demi daya saing yang lebih baik bagi petani Tanjabtim. Romi ingin petani Tanjabtim punya lebih banyak alternatif penghasilan tambahan. Dikatakan Romi, sudah saatnya petani Tanjabtim bangkit bergelut dengan pasar yang lebih luas. Peluang cukup besar, karena itu sebagai pemerintah, Romi merasa berkewajiban memfasilitasi kemajuan itu. “ Saya berharap petani kita lebih mandiri dan berdaya saing tinggi,’’ucapnya.

MEMPERSIAPKAN GENERASI SEHAT YANG SIAP BERSAING

Romi – Robby sadar betul bahwa segala upaya memandirikan warganya haruslah diiringi dengan kualitas kesehatan yang baik. Pembangunan kesehatan yang merupakan kebutuhan dasar, tantangannya tak ringan. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat adalah tantangan tersendiri di daerah yang didominasi perairan dan lahan dataran bergambut ini. Namun Romi – Robby selalu optimis bahwa indeks kesehatan masyarakat bisa dipacu. Di sektor ini, ketersediaan sarana kesehatan terus dibenahi meski terseok karena masih tingginya kebutuhan infrastruktur transportasi.  Dari 17 puskesmas yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur saat ini, baru 11 yang terakreditasi. Tahun ini sedang berproses dua puskesmas yakni Puskesmas Lambur Kecamatan Muarsabak Timur dan Puskesmas Sungai Tering Kecamatan Nipahpanjang.

Kepala Dinas Kesehatan Ernawati M. Kes, menjelaskan, selain dua puskesmas yang tahun ini proses akreditasi, tahun 2020 direncanakan menyusul empat puskesmas lainnya, yakni puskesmas Pangkal Duri Kecamatan Mendahara, puskesmas Sungailokan Kecamatan Sadu, Puskesmas SimburNaik Kecamatan Muarasabak Timur dan Puskesmas Sungai Jambat Kecamatan Sadu.

“Saya sudah perintahkan Dinas Kesehatan untuk segera mengatasi seluruh permasalahan bidang kesehatan yang mendesak. Saya juga perkenankan untuk mengambil langkah strategis yang dianggap perlu,’’ kata bupati Romi, Selasa tiga pekan lalu di Muarasabak.

Ernawati menambahkan, meski sebagian besar puskesmas sudah terakreditasi, bukan berarti sudah optimal dari sisi prasyarat. Puskesmas – puskesmas itu masih kekurangan sumber daya manusia, khususnya dokter gigi dan apoteker. Untuk apoteker, dari 11 puskesmas yang terakreditasi baru terpenuhi enam. Dari enam itu baru satu yang PNS. Lima lainnya adalah tugas perbantuan dari program Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan. “Program NS itu hanya per dua tahun. Artinya setahun lagi kita akan kekurangan 16 apoteker. Kita usul kembali supaya program serupa bisa diturunkan lagi,’’kata Erna berharap. Menyikapi kondisi itu Erna mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Pengembangan Sumberdaya Manusia Daerah (BKPSDMD). Ia berharap tenaga farmasi yang saat ini masih S1 farmasi diupayakan untuk melanjutkan pendidikan sebagai apoteker. Peminat rencana ini dipastikan Erna cukup banyak, bahkan jika APBD terbebani tenaga farmasi itu bersedia dengan biaya sendiri. “Mereka malah mau walau biaya sendiri, tapi kami sedang koordinasikan agar bisa dihandle dengan APBD,” tambah Erna. Jika tenaga farmasi itu bisa melanjutkan ke jenjang apoteker, tenaga farmasi yang D3 akan mengisi sementara tugas – tugas yang mereka tinggalkan selama tugas belajar.

Soal apoteker ini memang dikeluhkan Erna. Dia bercerita, untuk mengisi kekosongan di Puskesmas Desa Airhitam Laut Kecamatan Sadu, dia sudah menawarkan honor hingga Rp 4 juta perbulan, namun tidak ada yang berminat. Begitu pula untuk dokter gigi di sejumlah puskesmas. Dari 17 puskesmas yang ada, saat ini baru tersedia dokter gigi PNS di tiga puskesmas, yakni Geragai, Airhitam dan Nipahpanjang.

Menyikapi itu, demi pelayanan tetap berjalan optimal, Erna harus mengeluarkan surat perintah tugas kepada para dokter itu untuk bergiliran mengisi jadwal pelayanan di puskesmas – puskesmas yang belum ada dokter gigi.” Saya perintahkan dua minggu sekali mereka jadwalkan melayani pasien di puskesmas – puskesmas yang tidak ada dokter giginya. Karena dijadwalkan, warga sekitar bisa dilayani di jadwal yang sudah ditentukan itu, tentu ini kurang efektif. Idealnya memang setiap hari ada dokter gigi dan apoteker, insya Allah kita akan perjuangkan itu,’’beber Erna. Dijelaskannya, sesuai Permenkes, semestinya setiap Puskesmas wajib tersedia dokter umum, dokter gigi, analis kesehatan, petugas kesehatan lingkungan, bidan, perawat, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat dan ahli gizi.

Erna optimis indeks keluarga sehat (IKS) Tanjabtim yang masih belum maksimal bisa ditingkatkan. Memang tantangan terberat justru dari sisi perilaku masyarakat tentang kesadaran hidup bersih dan sehat. Misalnya soal kebiasaan merokok dan masih rendahnya kualitas sanitasi. Karena itu, Dinkes bersama Dinas Perumahan dan Permukiman Tanjabtim membangun jamban komunal di sejumlah wilayah. Erna juga bersyukur perusahaan migas Petrochina Jabung Ltd turut berpartisipasi dalam hal ketersediaan air bersih. “Kami berharap kerjasama seperti ini bisa terus ditingkatkan,’’harapnya.

Pembangunan kesehatan Tanjabtim juga cukup baik jika dilihat dari   sejumlah indikator. Misalnya angka harapan hidup warganya yang sudah mencapai 65 – 69 tahun.  Anngka kematian balita dan angka kematian bayi yang bisa sama – sama terus ditekan hingga hanya delapan kematian per 2.114 kelahiran hidup. Pun angka kematian ibu yang hanya tinggal dua per 2.114 ibu bersalin. Sedangkan cakupan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan sudah mencapai 53,28 persen.

Sementara sasaran keberhasilan peningkatan status gizi masyarakat dan keluarga sadar gizi tahun 2019, yang meliputi prevalensi kekurangan gizi hanya 0,91 persen. Sementara persentase ASI eksklusif sudah berhasil mencapai 29,88 persen. Program KB dan cakupan peserta KB aktif, per Agustus tahun ini sudah tercatat sebanyak 725 akseptor.

Di tengah dinamika itu, sektor kesehatan Tanjabtim masih bisa mengukir sejumlah prestasi membanggakan. Tahun ini Tanjabtim dinobatkan sebagai kawasan bebas malaria. “Kita berhasil mendapatkan sertifikat eliminiasi malaria tingkat nasional. Itu artinya, kita diakui sebagai daerah yang clear dari sumber malaria. Kita patut berterima kasih dengan para kader jentik yang tersebar di setiap desa. Apalagi dukungan pemerintah dengan ketersediaan pos malaria desa sangat mendukung prestasi itu,’’Erna menjelaskan. “Tahun ini Tanjabtim juga masuk sebagai nominasi nasional untuk kategori Padapa KKS,’’tambahnya. Selain itu, juga tahun ini, Tanjabtim dinobatkan sebagai daerah terbaik se Provinsi Jambi untuk kategori Inovasi dan Inspiratif dalam pelaksanaan pelaporan Rencana Aksi Konvergensi cegah Stunting.

Tugas besar lain pemerintahan Romi – Robby adalah menghadirkan air bersih yang di masa Abdullah Hich masih sangat minim. Sebagian warga masih ada yang mengkonsumsi air hujan, sebagiannya lagi masih mengandalkan air sungai yang tak cukup bersih untuk mandi, cuci dan kakus (MCK). Karena itu, pembangunan sektor ini digeber dengan menghadirkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di sejumlah wilayah. Hingga 2019 sudah sarana itu sudah berhasil dihadirkan di 50 desa. “Sekitar 13.296 jiwa yang terlayani sebagai tambahan pengakses air minum pamsimas dan 12.182 jiwa jika dihitung sebagai pengakses sanitasi pamsimas itu,’’jelas Adil P Aritonang, Kadis Perkim Tanjabtim, Senin (1/10) di Muarasabak.

Adil bersyukur dengan program ini sedikitnya sudah ada 11 desa yang stop BABS. “Dan untuk yang sudah akses universal ke air minum hingga 100 persen sudah ada dua desa yakni Manunggal Makmur Kecamatan Kualajambi sejumlah 171 ribu 552 jiwa dan Jatimulyo Kecamatan Dendang sejumlah 717 jiwa,’’Adil menambahkan. Ia juga merincikan, pada tahun pertama memimpin, Romi – Robby menghadirkan Pamsimas di 15 desa, tahun kedua bertambah 18 desa lagi dan tahun 2019 ditambah lagi sejumlah 17 desa.

Untuk tahun 2020, Romi – Robby direncanakan membangun lagi Pamsimas pada 23 desa yang tersebar di enam kecamatan yakni; Mendahara, Muarasabak Timur, Rantau Rasau, Nipahpanjang, Sadu dan Mendahara Ulu. Adapun kiteria desa baru calon penerima Pamsimas, dijelaskan Adil, haruslah desa yang belum pernah mendapatkan program serupa. Desa itu tidak termasuk wilayah rencana pengembangan PDAM. Akses air minum dan sanitasi di desa itu belum 100 persen. Desa punya sumber air yang layak dijadikan air baku. Ada kesanggupan pemerintah desa untuk mengalokasikan APBDes untuk pembiayaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) minimal 10 persen. “Tapi yang paling penting adalah kesanggupan warga desa itu untuk berkomitmen menghilngkan kebiasaan BAB sembarangan,’’ucap Adil. Sementara untuk RKM sendiri meliputi pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat dan sekolah.

Dari total 50 desa yang sudah mendapatkan program Pamsimas 2017 hingga 2019, direncanakan pada 2020 mendatang dialokasikan hibah insentif desa (HID) bagi empat desa, yakni Desa Rantau Rasaudesa Kecamatan Berbak, Desa Bukit Tempurung Kecamatan Mendahara Ulu, Desa Rantau Jaya Kecamatan Rantau Rasau dan Desa Lambur I Kecamatan Muarasabak Timur. Keempat desa itu dianggap sukses melaksanakan seluruh tahapan Pamsimas sesuai ketentuan dan visi yang ditentukan. “HID itu dialokasikan sesuai dengan tingkat keberhasilan Pamsimas itu sendiri, diberikannya HID itu sebagai reward atau support untuk pencapaian 100 persen akses air minum aman dan sanitasi yang layak,’’terang Adil.

Selain kerja keras memberesi persoalan air bersih, pemerintahan Romi – Robby juga dihadapkan pada tantangan pembangunan sektor lain yang semakin kompleks. Sementara sumber pemasukan APBD terus berkurang. “DBH yang di masa Abdullah Hich pernah mencapai Rp 287 miliar, sejak beberapa tahun terakhir hanya di kisaran Rp 70 – Rp 120 miliar, DAK kita juga tahun depan menurun, ini bukan lagi tantangan tapi jujur ini beban yang harus kami pikul dengan bijak. Tentu optimisme tetap ada hanya saja butuh strategi lebih tajam,’’kata bupati Romi di kantornya. Sejumlah sumber PAD juga tak lagi bisa menjadi masukan sejak diberlakukannya sejumlah kebijakan pemerintah pusat yang membatasi kewenangan itu. Jadilah Romi – Robby harus memutar otak agar kesinambungan pembangunan bisa terus berjalan. Meski sejumlah pemasukan itu berkurang, Romi memastikan PAD Tanjabtim yang tahun lalu Rp 43 miliar tahun ini meningkat jadi Rp 56 miliar. Dana Alokasi Khusus (DAU) juga meningkat. Namun akibat penurunan DAK dan menghilangnya sejumlah sumber pemasukan, dipastikan APBD Tanjabtim tahun depan masih hanya berkutat di angka Rp 1 trilyun.

BERJUANG DEMI KEMANDIRIAN PETANI

Pertanian masih menjadi urat nadi ekonomi warga Tanjabtim. 20 persen kontribusi ekonomi daerah ini masih ditopang sektor pertanian. Karena itu, Romi – Robby sadar betul bahwa untuk menjaga produktivitas pertanian, membutuhkan strategi khusus di tengah maraknya alif fungsi lahan menjadi lahan perkebunan. Cakupan luas lahan pertanian dipertahankan dengan konsistensi patuh pada peraturan daerah tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Irigasi sebagai instrument penting mendukung upaya itu terus ditingkatkan. Ditargetkan pada 2019 ini lahan pertanian yang teraliri irigasi secara baik mampu mencapai 36 persen.

Berbagai kebijakan terus dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi. Program Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) yang hingga kini terus dilaksanakan, merupakan upaya nyata untuk memantapkan Tanjabtim sebagai lumbung pangan Provinsi Jambi. Berbagai kegiatan dilaksanakan mendukung program ini. Misalnya distribusi alsintan kepada petani tahun ini. Enam unit cultivator, 61 unit pompa air, tujuh unit rice transplanter, sembilan unit mesin rumput, 41 unit alat tanam jagung dan lima unit cornsheller (pemipil Jagung). Serta Penyediaan stok alsintan atau brigade alsintan. Tahun lalu, juga didistribusikan 10 unit traktor mini, 16 pompa air, lima unit rice transplanter dan 10 unit cornsheller. Upaya ini terbukti mampu meningkatkan produksi benih padi unggul sebesar 447,5 ton.

Selain padi, komoditas lain seperti jagung dan kedelai juga terus digenjot produktivitasnya. Sentra jagung dan kedelai terus diuayakan demi permintaan pasar yang masih tinggi. Bahkan khusus jagung, peluang pasar domestiknya cukup tinggi. Salah satu calon pemasok jagung Tanjabtim adalah industri perikanan skala besar yang sedang digarap Pemkab Lingga Kepulauan Riau. Lingga dan Tanjabtim adalah daerah berbatasan yang selama ini sudah bekerjasama cukup intensif.

Pada subsektor perkebunan dan peternakan, pemkab juga melaksanakan pembuatan drainase dan tanggul serta penyediaan ekscavator di semua kecamatan. Upaya ini teryata sukses memberi nilai positif terhadap peningkatan produksi perkebunan masyarakat. Data menyebutkan, hasil utama komoditi perkebunan pada 2019 cukup tinggi, kelapadalam dengan produksi sebesar 51.376 ton, kelapa sawit 46.887 ton, pinang 3.132 ton, lada mencapai delapan ton, kopi 1.237 ton dan karet yang mampu berproduksi hingga 3.647 ton. Sedangkan kelapa hibrida tercatat berproduksi hingga 55 ton, kemiri dua ton dan coklat kakao sebesar 173 ton.

Disamping alat berat, sejumlah bibit juga didistribusikan. Dipasok bibit untuk 400 hektar kelapa dalam, 520 bibit kopi, 11,5 hektar bibit cokelat, 20 hektar bibit pinang, dan enam hektar bibit lada.

Dukugan bagi upaya ini juga datang dari Corporate Social Responsibility (CSR). Adalah Petrochina International Jabung Ltd yang menggelontorkan CSR nya pada program pengembangan kopi Liberika bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia. Kerjasama ini menyasar dua fokus, pengembangan kopi untuk lahan yang sudah berproduksi dan pembuatan kebun kopi pada lahan eks karhutla. Untuk lahan produksi, dipilih lokasi Desa Sungaberas Kecamatan Mendahara Ulu dan Desa Mendahara Tengah Kecamatan Mendahara. Rinciannya, enam hektar di Sungai Beras, 700 hektar di Mendaharatengah. Program ini melibatkan aktif tiga kelompok tani. Sementara untuk pembuatan kebun di lahan eks karhutla, ditargetkan 1.000 Hektar. Kepada petani, tepat pada perayaan HUT RI ke – 74 lalu, Petrochina bahkan sudah menyerahkan bantuan tiga set mesin pengupas kopi. Bantuan diserahkan kepada kelompok tani Sri Rezeki V Desa Mendaharatengah Kecamatan Mendahara. Mesin kapasitas besar yang diserahkan adalah satu unit pengupas buah kopi (pupler) kapasitas 250 Kg, satu unit mesin pengupas kulit kopi (puller) kapasitas 200 kg dan satu unit mesin sangrai (roaster) kapasitas dua kg. Saat menghadiri serah terima alat itu, bupati Romi juga menyampaikan harapannya agar bantuan Petrochina tidak sebatas perlatan saja. Bantuan pendampingan pasar juga sangat dibutuhkan.

Revolusi Orange yang dicanangkan pemerintah, turut memacu Tanjabtim untuk meningkatkan produksi buah-buahan. Berfokus di kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM)Geragai, pemkab Tanjabtim bertekad menjadikan kawasan ini sebagai pusat agroeduwisata Geragai (KAG). “Kedepan kita akan jadikan kawasan ini sebagai pusat pengembangan komoditi buah,’’kata Mariontoni, Kadis Nakertrans yang bertanggungjawab terhadap program itu, awal Oktober lalu. Pengembangan buah ini sudah dilaksanakan sejak 2015 dengan luasan 32 hektar. Rinciannya, 12 hektar durian, enam hektar jeruk, tujuh hektar lengkeng, lima hektar buah naga, dua hektar serai wangi dan dua hektar nilam. Khusus untuk serai wangi, akhir Oktober lalu sudah dipanen. Hasil panen itu disuling dan sudah dikirim ke   Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT) untuk diujicoba kualitasnya. “Kementerian membantu kita untuk pengembangan serai wangi ini, hasil panen bulan kemarin sudah kita kirim untuk uji kualitas. Kebetulan kementerian punya mitra kerja yang menggeluti bisnis serai wangi,” jelas Mariontoni.

Jika kualitas serai wangi Tanjabtim memenuhi kriteria, Mariontoni berkeyakinan akan membuka harapan baru bagi peningkatan pendapatan petani. Pasalnya, serai wangi ini cukup sebagai tanaman sela. “Kalau kualitasnya memenuhi syarat, harapan kita nanti terbuka jalur pasar lokal dan ekspor yang bisa berkelanjutan supaya serai wangi ini bisa diperluas areal tanamnya,’’kata Mariontoni.

Serai wangi (Cymbopogon nardus. L), adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang sudah berkembang. Dari hasil penyulingan daunnya, menghasilkan minyak serai wangi atau yang dikenal dengan nama Citronella Oil. Selama ini, peranan komoditi ini cukup besar sebagai sumber devisa dan penyerap tenaga kerja. Terlebih pendapatan petani.  Serai wangi diketahui mengandung senyawa sitronellal sekitar 32-45 persen, geraniol 10-12 persen, sitronellol 11-15 persen, geranil asetat 3-8 persen dan sedikitseskuiterpen serta senyawa lain. “Keunikan serai wangi ini dia sangat tangguh, bisa hidup di lahan – lahan marginal,’’jelas Mariontoni. “Untuk ekspor masih sangat terbuka seperti Jepang, Australia, Meksiko, India, Prancism Spanyol, Jerman dan Inggris. Harganya juga relatif stabil,’’.

Selain serai wangi, pengembangan sentra buah di KTM ini menjadi salah satu perhatian serius bupati Romi Hariyanto. Dia bahkan kerap terjun langsung melihat para pekerja mengurusi perkebunan itu. Kegemarannya berkebun seakan turut tersalurkan saat berlama – lama berada di areal kebun. Romi tak segan ikut berbaur bersama pekerja memperhatikan keterampilan mereka merawat setiap tanaman buah. Biasanya Romi ke areal perkebunan itu sore. “Berkebun itu menghilangkan stress. Pikiran jadi tenang dan insya Allah membuat kita semakin pandai bersyukur,’’kata Romi.

Romi memang sangat mendukung upaya menjadikan kawasan KTM Geragai dijadikan pusat agroeduwisata. Karena itu dia rela harus bolak – balik ke Kementerian Transmigrasi demi dukungan anggaran mewujudkan hal itu. Di areal KTM seluas 131 hektar, saat ini sarana dasar agroeduwisata sedang dipersiapkan. Jalan sudah memadai, jogging track, labirin, saung-saung, dan sejumlah fasilitas lain yang dibutuhkan. Romi bersyukur Kementerian Transmigrasi sangat mendukung rencana itu. Romi memastikan, KTM Geragai masih menjadi salah satu dari KTM yang masuk dalam rencana pengembangan sesuai RPJM nasional. “Dari total 48 KTM yang ada di Indonesia, KTM Geragai ini masih masuk 20 KTM yang dipriorotaskan pengembangannya karena kita dianggap berhasil,” jelas Romi.

Pada kunjungan kerjanya ke KTM Geragai tahun lalu, Dirjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi, DR Ir M Nurdin MT memang menyampaikan bahwa KTM Geragai termasuk yang dianggap berhasil. Bahkan Nurdin ketika itu mengaku takjub dengan kemajuan KTM Geragai.

Untuk peternakan dan perikanan, Pemkab Tanjabtim terus mengupayakan memaksimalkan upaya pembenahan. Populasi ternak dipastikan meningkat tahun ke tahun. Telah pula dibangun Balai Pembibitan Ternak di Kecamatan Mendaharaulu. Pasar ternak dibangun di Geragai, begitu pula Taman Teknologi Pertanian (TTP) melalui BPTP Kementerian Pertanian dibangun di lokasi KTM. Demi memudahkan koordinasi dan pengawasan, Dinas Perkebunan dan Peternakan yang tadinya berada di gedung kantor bersama di Muarsabak juga dipindahkan ke lokasi TTP ini. Selain itu, 20 orang paramedis kesehatan hewan lulusan Diploma III Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada disebar ke sejumlah desa dan kelurahan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Harapan dari semua usaha ini utamanya adalah peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP).

Sementara dari subsektor perikanan, diketahui hingga Agustus 2019 tercatat produksi perikanan mencapai 24.784,52 ton. Perikanan laut 23.815,51 ton, perairan umum 397,37 ton, budidaya kolam 305,50 ton, tambak 203,17 ton dan keramba jaring apung 32,97 ton. Upaya lain bagi peningkatan produksi perikanan sekaligus menanggulangi kemiskinan pada kelompok tani, Pemkab mengalokasikan bantuan mesin pakan ikan, dua paket bantuan budidaya udang tradisional, delapan paket bantuan percontohan nila di kolam, lima paket bantuan budidaya ikan gurame, dan sembilan paket bantuan mina padi dan budidaya lele. Juga pengembangan polikultur bandeng windu sejumlah dua paket. “Kita juga memberi bantuan alat berat tangkap perikanan. Jumlahnya ada 24 paket di kecamatan Sadu dan 800 piece di Kecamatan Mendahara,” Ibnu Hayat, Kadis Perikanan menjelaskan. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari total PDRB Tanjabtim. Dengan kata lain, kesejahteraan sebagian besar masyarakat Tanjabtim sangat ditentukan oleh percepatan pembangunan dan laju pertumbuhan di sektor ini.

Selain petani dan nelayan, masyarakat pelaku usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) juga tumbuh baik di Tanjabtim. Subsektor yang merupakan bagian penting penyokong perekonomian itu per Agustus 2019 tercatat sebanyak 472 IKM. Seiring dengan itu, perdagangan lokal juga berkembang pesat. Setidaknya telah hadir beberapa minimarket, pertokoan dan pasar tradisional di beberapa kecamatan. Ada 28 pasar tradisional yang kini melayani aktivitas jual beli masyarakat. 21 pasar mingguan dan tujuh pasar harian. Pasar – pasar ini tercatat sebagai asset pemkab sejumlah 12 unit dan 16 sisanya   milik desa. Pasar tani juga sudah tersedia di daerah ini. Agak berbeda dengan pasar biasa, pasar tani menempatkan petani secara khusus sebagai produsen sekaligus pedagang. Selain tersedianya pasar, upaya meningkatkan pendapatan petani juga didukung oleh hadirnya 35 distributor dan pengecer pupuk bersubsidi. Mereka tersebar di setiap kecamatan.

Di daerah yang kini dapat ditempuh dalam waktu satu jam dari ibukota Provinsi Jambi ini, juga tumbuh baik UMKM, hingga medio 2019, tercatat ada 249 UMKM. Baik usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Geliat perekonomian ini juga membuat rumah makan dan hotel penginapan bertumbuh cukup baik.(4N5/HMS)

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait