JAMBI – Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi menyambut kedatangan Menteri Pertanian Republik Indonesia (RI) Syahrul Yasin Limpo untuk melepas ekspor biji pinang ke Pakistan sebanyak 16 kontainer dengan nilai 8,95 Miliar.
Diketahui ekspor ini sempat terhenti sejak tahun 2018. Pada tahun 2021 ini merupakan pertama kali kembali melakukan ekspor ke Pakistan hingga mengundang Mentan dan Kepala Balai Karantina untuk menyemangati dan meningkatkan kembali ekspor biji Pinang ke Pakistan.
Kepala Balai Karantina Kelas I Jambi, Turhadi Noerachman menjelaskan bahwa Pakistan sebagai pintu negara tujuan ekspor yang sangat potensial tanpa hambatan dalam melakukan ekspor. “Sebelumnya Pakistan merupakan negara terbesar ekspor pinang dari Indonesia khususnya dari Provinsi Jambi,” jelasnya.
Harga jual komoditi Pinang tersebut diketahui lebih tinggi dari negara tujuan ekspor lainnya. Dari informasi yang di dapat harga Pinang mencapai Rp. 31.000 per-Kg yang mana nilai ekspor kali ini sebanyak 288 Ton setara dengan 8,95 Miliar.
Turhadi juga mengatakan bahwa Pihak Balai memiliki target dari Kementerian Pertanian secara bertahap di tahun 2024 meningkat tiga kali lipat ekspor. Tahun 2021 memiliki target ekspor dari Provinsi Jambi lebih besar minimal 20% peningkatannya dari tahun 2020.
“Untuk ekspor kita volumenya mencapai 1 juta ton atau setara dengan 4,1 triliun sehingga di tahun 2021 paling tidak bisa meningkat menjadi 20%. Alhamdulillah sampai dengan Oktober 2021 volume ekspor kita sudah 1.300.000 ton dan nilai ekspor kita sudah mencapai lebih dari 5,23 triliun dari catatan data statistik Badan Karantina Pertanian,” katanya.
Dirinya menambahkan bahwa pihaknya memilih Quick Quin yang sudah konvensional yang mana Pinang menjadi program mereka. Adapun PR seluruh stakeholder termasuk Balai Karantina Pertanian untuk mendorong ekspor Kopi, Kayu Manis itu melalui Jambi.
“Kita tahu ekspor kayu manis saat ini tidak melalui pelabuhan laut Jambi lagi melainkan melalui pelabuhan di luar Provinsi Jambi. Kita juga ingin ekspor semakin di tingkatkan lagi walaupun lebih mengarah kepada bagaimana penyiapan untuk hilirisasi kelapa bulat, paling tidak kopra untuk di tingkatkan dan turunan kelapa tersebut selalu kita diskusikan,” pungkasnya. (Dre/Cbf)