Laporan Wartawan Rakyatjambi.co, Eko Wijaya
rakyatjambi.co, KUALA TUNGKAL-Pembangunan drainase sepanjang 4 KM lebih di Kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi terkesan lamban. Akibatnya, saluran air tersumbat sehingga saat musim hujan sejumlah rumah warga kerap tergenang air.
Pengamatan dilapangan, Sabtu (24/09/16) di kawasan Jalan jalur dua parit gompong, tampak dalam pengerjaan pembangunan jaringan drainase. Namun karena drainase dibangun secara terputus, menyebabkan air tidak bisa mengalir. Bahkan saat hujan turun dengan intensitas tinggi tak jarang menyebabkan drainase meluap dan menggenangi rumah warga, kemudian di tambah lagi dengan kerusakan lantai teras rumah warga yang berada di pinggir jalan akibat adanya galian pembuatan drainase yang lumayan lebar dan dalam untuk ukuran anak anak balita.
Lis, Salah sorang warga kuala tungkal yang lantai teras rumahnya rusak akibat galian darinase mengatakan, pembangunan drainase dinilai berjalan lambat. Hal itu bisa jadi di karenakan masih minimnya tenaga kerja yang dikerahkan.
Menurutnya, pengerjaannya hingga saat ini masih menimbulkan banyak lubang galian drainase.“Kami sangat mendukung program pemerintah dan mengharga kontraktor yang bersedia memperbaiki kerusakan lantai teras rumah kami. Tapi ya kalau bisa pembangunannya jangan lama lama. Lagi pula kami kawatir dengan anak balita tetangga yang bisa saja masuk kedalam parit drainase yang digenangi air ini, ya mudah mudahan jangan sampai terjadi,” terang lis.
Lis mengungkapkan, jika proyek drainase ini dibiarkan berjalan lambat, tentu akan mengganggu aktivitas warga. Karna jalan di jalur dua parit gompong tersebut merupakan kawasan padat penduduk dan pengendara.“Kalau bisa pembangunannya ya di percepat,” pintanya.
Terpisah, Kabid cipta Karta Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Ria Sukrianto menjelaskan, pengerjaaan Proyek Drainase senilai RP 8 Milliar lebih yang merupakan program pengurangan kumuh perkotaan dari Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dan Perumahan Rakyat (Pera) yang sumber dananya berasal dari pinjaman hibah luar negeri (PHLN) ini lamban dikarenakan terkendala oleh pencairan dana.“Ada sedikit administrasi dalam pengelolaan PHLN, ya semacam persetujuanlah. Setiap tahap itu harus ada persetujuan dari pihak ADB (Asia Development Bank) nya. Begitu sudah proses thender sudah diumumkan kita belum bisa membuat kontrak, kita kirimkan dulu ke mereka (ADB) nanti keluar nol nya baru bisa kita buat kontrak. Sudah kontrak dibuat kemudian kita kirimkan lagi dengan persyaratan persyaratan yang mereka inginkan, artinya atas kesepakatan ADB dengan pihak kementrian PU Pera. Nah sesudah mereka cek dan oke baru bisa kita ajukan uang muka. Keterlamabatan kemarin disebabkan karna uang muka yang belum cair,”ungkap Ria Sukrianto.
Dia menjelaskan, Selain terkendala oleh dana, masih ada lagi faktor faktor lain yang menyebabkan kontraktor menjadi galau sehingga menyebabkab pengerjaan proyek drainasepun menjadi lamban.“Jadi begitu sudah persetujuan nol ADB nya untuk uang muka ada, nah itu terkendala lagi di KPPN karna ada pergeseran personil di KPPN sehingga agak terhambat lagi,” tukasnya.