Ratusan Hektar Lahan Padi di Tanjabtim Puso

1474 views

Ilustrasi

MUARASABAK – Akibat banjir rob yang melanda di sejumlah kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), membuat lahan padi petani terendam banjir. Alhasil, sebanyak 104 hektar (Ha) lahan padi milik petani menjadi puso (gagal panen). 104 Ha lahan padi yang puso tersebut, berada di Kecamatan Berbak 79 Ha dan Kecamatan Rantau Rasau 25 Ha.

Hal ini disampaikan Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hotikultura Tanjabtim, Ir. Husni Rahman, saat ditemui dikantonya Selasa (12/12). Menurutnya, data tersebut masih data sementara, karena kemungkinan kedepan masih ada penambahan lahan padi yang puso. “Ini baru awal, karena banjir rob di penghunjung tahun sampai dengan pergantian tahun, biasanya masih terjadi. Jadi masih berkembang datanya. Data itu data pekan kemarin, dan menyusul pada hari Sabtu (9/12) lalu 25 Ha di Kecamatan Rantau Rasau lahan padi yang puso,” katanya.

Berdasarkan pengalaman dari tahun kemarin, di akhir tahun biasanya juga akan terjadi banjir. Jadi pada akhir tahun 2016 lalu, sebanyak 900 Ha lebih. Kemudian di bulan akhir Maret dan awal April banjir juga terjadi, jadi ditotal kurang lebih ada sekitar 1000 Ha lahan padi yang puso. “Jadi mulai awal air musim pasang besar saat ini sampai bulan April mendatang, puso tetap akan bertambah. Namun kita akan tetap melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir jumlah terjadinya puso tersebut,” ungkapnya.

Dijelaskannya, antisipasi yang dilakukan pihaknya dengan memberikan subsidi benih padi. Kemudian lahan yang puso bisa langsung ditanam, setelah air surut. Selanjutnya, pihaknya juga mengejar cepat mengajukan subsidi benih ke pihak Provinsi. “Kita dan petani harus tanggap cepat. Kalau air sudah agak surut kita langsung tanam. Jadi itu salah satu antisipasi kita untuk mengurangi angka puso,” sebutnya.

Namun, lahan padi yang sudah berumur Dua bulan yang sudah tinggi tidak akan puso, malah padi menjadi subur. Tapi kalau padi yang masih rendah dan tenggelam oleh air, Dua atau Tiga hari akan mati. “Apalagi kalau padi yang tinggi, pas sudah surut dan hujan turun, padi jadi semakin bagus,” imbuhnya.

Sementara untuk asuransi, dari 104 Ha lahan yang puso tersebut, hanya 55 Ha lahan yang memiliki Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), sedangkan selebihnya tidak memiliki asuransi. Prosedurnya, petugas pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang akan mendata. Nanti data laporan dari OPT itu akan diajukan ke pihak asuransi Jasindo. “Kemudian pihak Jasindo akan turun mengecek ke lapangan,” terangnya.

Ditambahkannya, untuk petani yang belum AUTP, tidak mengklaim lahan padi yang puso. Karena pihaknya sudah sering mengigatkan dengan cara sosialisasi kepada petani untuk mengurus asuransi tersebut. “Petani ini tidak mengerti dengan manfaat asuransi. Kalau terjadi seperti saat ini, petani bisa mengklaim ke asuransi, dan lumayan perhektarnya dibayar Rp 5 juta. Sedangkan pembayaran asuransinya sekali musim tanam hanya Rp 36.000, karena dibantu oleh Pemda. Saya rasa itu tidak berat,” tuturnya.

Dia berharap, kedepan para petani bisa sadar akan pentingnya memiliki AUTP tersebut. Karena itu sangat membantu petani jika lahan padinya terjadi puso, baik itu karena puso hama maupun puso akibat banjir. “Yang kita lakukan sekarang ini sosialisasi setengah maksa, karena petani ini harus disadarkan pentingnya asuransi. Kemudian agar tidak terjadi puso, petani diminta langsung melakukan cepat tanam,” tukasnya.(Hen)

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait