25 Tahun, Pulau Sumatera Kehilangan Lebih Dari 9 Juta Hektar Hutan

1251 views

Jambi – Dalam kurun waktu 25 tahun, Pulau Sumatera Kehilangan lebih dari 9 juta Ha Hutan. Pada Tahun 1990 lalu, tutupan hutan di pulau Sumatera masih lebih dari 20 juta ha, namun pada 2015 tinggal 11 juta ha atau sekitar 44 persen.

Hal tersebut dikatakan oleh Sukri Sa’ad selaku Anggota Dewan Pengawas Komunitas Konservasi Indonesia WARSI, dirinya mengatakan jika kondisi ini masih berlanjut dan tidak ada upaya nyata untuk mencegahnya maka 25 tahun ke depan tidak akan ada lagi hutan di pulau Sumatera.”Dari analisis Citra Satelit Lansat TM 8 yang dilakukan WARSI, pada 2015 lahan kritis atau areal terbuka meningkat jadi 556 persen, Peningkatan perkebunan sebanyak 141 persen, Peningkatan Hutan Tanaman industri 381 persen,” katanya, Jumat (21/7).

Selain itu, katanya akibat kehilangan banyak luasan hutan akan membawa dampak yang negatif kepada kehidupan masyarakat terutama yang hidup di dalam dan sekitar hutan.”Kehidupan mereka menjadi termarginalkan, serta akses dan keterlibatan masyarakat mengelola hutan,” sebutnya.

WARSI mencatat dalam kurun 2010 sampai dengan 2016 tercatat korban meninggal akibat banjir dan longsor 46 orang, sedangkan korban meninggal akibat bencana penambangan illegal dari tahun 2012 hingga 2016 tercatat sebanyak 55 orang.”Ada juga menyebabkan berkurangnya sumber pangan dan ketersediaan air bersih, dampak ini paling dirasakan oleh kelompok masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan dengan kondisi ekonomi yang juga masih rendah,” ujarnya.

Selain itu, dampak lainnya adalah konflik lahan yang tidak kunjung selesai, WARSI mencatat sejak beberapa tahun lalu, konflik lahan terus saja terjadi. Di Jambi pada tahun 2013 ada sekitar 23 kasus, 2014 ada sekitar 16 kasus, 2015 ada sekitar 25 kasus dan 2016 ada sekitar 8 kasus. “Konflik-konflik lahan ini melibatkan perusahaan besar HTI dan perkebunan sawit,” paparnya.

Dari catatan WARSI akibat konflik sosial ada sekitar 14 orang rimba meninggal sia-sia akibat bentrok dengan masyarakat di sekitarnya.

Selain itu, konflik satwa dengan manusia juga terjadi, yang paling mencolok adalah konflik manusia dengan gajah dan harimau. Pada kurun 2009 hingga 2016 terdapat korban manusia sebanyak 14 orang dan 18 harimau yang mati akibat di jerat dan ditangkap pembulu liar.

Sedangkan konflik Manusia dengan hewan Besar yakni gajah tercatat 2 orang meninggal dan sebanyak 7 ekor gajah mati karena dibunuh.”Kejadian-kejadian ini memberi alarm pada kita bahwa ada ketimpangan yang terjadi di alam, perlu adanya upaya segera untuk melakukan pemulihan dan penanganan cepat untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas ke depannya,” pungkasnya.

Laporan Wartawan Provinsi Jambi (Syah)

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait