Laporan Wartawan Rakyatjambi.co, Eko wijaya
rakyatjambi.co, KUALA TUNGKAL- Negara Indonesia telah memasuki usia kemerdekaan yang ke-71 tahun. usia ini merupakan usia yang sudah cukup tua. Bagi manusia yang memasuki usia 71 tahun tentu banyak memiliki pengalaman dan cerita hidup yang beragam.
Di usia ke-71 tahun, Indonesia telah banyak menyumbang pembangunan yang dilakukan dari periode ke periode oleh mereka yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan.
Dari masa ke masa, pemerintah selaku pemangku pembangunan melaksanakan berbagai program dan kegiatan di seluruh sektor. Seiring dengan hal tersebut, masyarakat sebagai bagian dari pemerintah telah menikmati hasil dari pembangunan yang ada.
Di sana lahirlah banyak orang-orang pintar, hebat, bijak dan cerdas. Kondisi ini menandakan bahwa Indonesia telah maju selangkah dari titik kemerdekaan yang diproklamirkan Presiden pertama Indonesia Bung Karno pada 17 Agustus 1945 yang silam.
Langkah-langkah bijak pemimpin dari masa ke kemasa masih melahirkan berbagai persoalan Salah Satunya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Betul, persoalan memang selalu ada seiring berkembangnya sebuah Kabupaten. Akan tetapi persoalan seperti air bersih, gedung-gedung sekolah yang terlihat seperti kandang ternak, kini kian hari terdengar dari mulut-mulut orang-orang kecil yang entah sampai kapan tertuntaskan.
Ada Satu hal di Tanjab Barat yang tak boleh dilupakan, hal tersebut adalah masalah penerangan. Penerangan listrik pun masih menjadi persoalan serius yang selalu dikeluhkan masyarakat. PLN sebagai instansi pelayanan dan Pemerintah Kabupaten seakan belum mampu mengobati penyakit kegelapan. Gelap dan gulitanya daerah-daerah di pelosok Kabupaten Tanjab Barat seakan hidup dijaman PKI orde lama tahun 1965.
Kondisi ini seakan-akan Tanjab Barat hidup dan merdeka dalam kegelapan. Merdeka dalam gelap gulita membuat pudarnya makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Bahwa rakyat telah bekerja untuk memenuhi kepentingan PLN yang tak ada ujung kepuasan.
Rakyat terus berteriak. Suara suara kecil dari orang kecil seakan tak di hiraukan. Suara suara besar oleh mereka yang berpendidikan, kritis, idealis dan berani, didengar tapi tetap saja PLN membisu. Rakyat tingkat lain telah berani mengkritik secara sendiri melalui media-media pribadi mereka masing masing.
Pemerintah dan wakil rakyat seolah-seolah tak punya mata dan telinga. Mereka melihat dan mendengar tapi entah kapan bisa mewujudkan keninginan rakyat akan kebutuhan listrik. Mereka bersuara tapi diam tak ada solusi. Ketegasan dan keberanian serasa lembut bagai kabel jaringan yang licin namun membahayakan nyawa.
Bupati Tanjung Jabung Barat, Safrial,Ms tidak menampik bahwa Tanjab Barat masih krisis Listrik dan Air bersih.
“Tugas kami, Bupati dan masyarakat Tanjab Barat bagaimana kita membangun Tanjab Barat, membangun Tanjab Barat ini supaya rakyat sejahtra. Kemudian mari kita berdoa, bahwa kota tungkal ini dia butuh air, Tanjab Barat ini butuh Listrik,” terang Bupati Safrial, Rabu (17/08/16).
Safrial mengungkapkan, selaku Bupati dirinya berjanji akan terus memperjuangkan keinginan seluruh masyarakat Tanjung Jabung barat untuk bisa menikmati air bersih dan listrik secara merata.
“Air bersih, ini yang ditekankan oleh pak jokowi kemarin (saat pidato kenegaraan). Bagaimana kita bisa menyediakan air bersih untuk masyarakat termasuk listrik,” tandasnya.