Jambi – Penemuan dari dampak penyakit Tuberculosis (TBC) yang ditangani Dinas Kesehatan Provinsi Jambi selama 2018 sebanyak 5.085 orang dari target 10.930 orang. Jumat (1/2/2019).
Penemuan tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang terkena dampak TBC hingga 4367 orang.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Eva Susanti mengatakan selama 2018 menemukan kasus sisiran penyakit TBC dari rumah Sakit sebanyak 1242 orang. Sedangkan puskesmas sebanyak 3843 orang.
“Kasus TBC ini ditemukan lebih banyak di Puskesmas dan Rumah Sakit. Sangat sedih karena kebanyakan yang sudah parah baru diobati,” katanya.
Ia menyampaikan TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan kuman mycobacterium tuberkulosis.
“kuman TBC paling sering menyerang paru – paru bisa batuk berdarah tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti kelenjar getah bening, tulang, otak ataupun kulit,” ujarnya.
Ia menyebutkan masyarakat saat ini, terkadang masih mempunyai stigma bahwa batuk berdarah seolah – olah adalah penyakit guna – guna atau keturunan. Sebenarnya penyakit TBC dikatakan Eva, dapat disembuhkan dan obatnya juga gratis.
“kalo batuk, demam, berat badan menurun segera periksa ke rumah sakit ataupun puskesmas terdekat. Jika terkena penyakit TBC itu bisa diobati,” tuturnya.
Disebutkan Eva, bahwa setiap puskesmas di Provinsi Jambi melayani pasien dengan penyakit TBC. Sedangkan, Rumah Sakit umum Raden Mattaher juga telah membuka layanan TB resistent obat.
Dijelaskan Eva, penularan TBC bisa melalui udara. jika terhirup, maka daya tubuh bisa menurun dan tertular TBC. “Seharusnya ketika orang yang batuk itu menutup mulutnya dan sebaiknya menggunakan masker agar tidak tertular,” kata Eva.
Disampaikan Eva, adapun orang yang terkena gejala TBC yaitu batuk terus – menerus (berdahak maupun tidak berdahak), demam meriang berkepanjangan, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, kadang dahak bercampur darah, nafsu makan menurun, berkeringat di malam hari meski tanpa melakukan kegiatan.
“Bila ada gejala – gejala tersebut segera periksa ke layanan kesehatan terdekat,” sampaınya.
Dalam hal kualitas penanganan, Dinas juga melakukan penguatan kapasitas petugas kesehatan dan pemegang program serta petugas laboratorium melalui pelatihan-pelatihan rutin tiap tahunnya. Peralatannya, juga saat ini disokong adanya mesin Tes Cepat Molekuler (TCM) di RSUD Raden Mattaher. RS Abdul manap dan RS Bungo. Sehingga untuk pemeriksaan dahak, dengan alat TCM lebih tinggi sensitivitasnya lebih dıbangıngkan yang biasa dilakukan secara mikroskopic.
Masyarakat juga harus memahami bahwa TBC juga berdampak mematikan. Dı dalam layanan juga sdh terıntegrası dengan penyakır laınnya Salah satunya kolaborasi TBC-HIV dan TBC- DM. Bila Pasien terkena DM diharuskan periksa TBC, begitu juga pasien HIV harus Periksa TBC
Dari hasil penelitian secara nasional, setiap jam ada sekitar 13 orang meninggal dan setiap hari itu 312 orang yang meninggal. Jika dirata – ratakan terdapat 9 orang meninggal perharinya setiap Provinsi. Khususnya yang TBC MDR (multi drug resisten).
Menurutnya perlu tenaga khusus atau kader yang khusus setiap hari mengawasi dan menjaring terduga TBC dari 15 orang kontak dalam satu rumah.
Ia juga menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar untuk membiasakan pola hidup bersih dan sehat.
“saya menyarankan untuk mencuci tangan sebelum makan ataupun memegang sesuatu, membersihkan seluruh pelaratan pribadi dan mengupayakan hidup sehat dan bergizi,” tutupnya. (*/Syah)