rakyatjambi.co, JAMBI–Analisis Perekonomian Jambi Triwulan II 2016 dirilis oleh Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi, melalui Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) periode Agustus 2016, Selasa pagi 4 Oktober, di ruang Kajang Lako, Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi, Telanaipura.
Diseminasi KEKR yang mengagendakan 6 pokok pembahasan dalam analisis perekonomian jambi, yakni Ekonomi Makro Regional, Inflasi, Stabilitas sistem keuangan daerah, pengelolaan uang rupiah dan pengembangan UMKM, Keuangan Pemerintah, Ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta proyekai ekonomi ini disampaikan langsung oleh Meily Ika Permata, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Jambi.
Dikatakan Meily dalam forum yang menghadirkan para akademisi, pihak per bank kan, pihak pemerintah kota dan Provinsi Jambi serta stakeholder lainnya, pertemuan singkat ini dimaksudkan untuk bersama menelisik faktor penyebab dan mencarikan solusi agar pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi terus meningkat. “Kami berharap ada masukkan rekan-rekan agar kita bisa bersama mencarikan solusi untuk meningkatkan perekonomian masa mendatang, ” ajak Meily.
Dijelaskan Meily, dalam analisis BI pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan II-2016 meningkat sebesar 3,57 persen (yoy) dari pertumbuhan triwulan sebelumnya hanya (3,44% yoy), namun lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional (5,18 % yoy) maupun pertumbuhan ekonomi jambi pada triwulan II-2015 (4,33% yoy), sementara total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jambi triwulan II-2016 mencapai Rp 42,2 triliun (1,37% dari PDB nasional) atau meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun 2015 yang sebesar Rp 38,5 triliun. “Struktur perekonomian kita masih didominasi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar (29,7%), pertambangan dan penggalian (17,5%), perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor (12,0%) dan industri pengolahan (10,6%), keempat sektor ini berkontribusi sebesar 69,7% dari total PDRB Provinsi Jambi, ” ungkapnya.
Sementara inflasi dihitung melalui penyumbang komoditas seperti di Kota Jambi yaitu daging ayam ras, kentang dan bawang merah, selain itu inflasi juga bersumber dari kenaikan harga rokok kretek filter dan angkutan udara, sejumlah komoditas ini menyumbang inflasi hingga mencapai 0.45% sedangkan inflasi Kabupaten Bungo dirilis didominasi komoditas tarip travel dan rokok kretek filter, selain itu inflasi juga bersumber dari bawang putih, ketimun dan jengkol komoditas ini menyumbang inflasi mencapai 0.43%.
Kemudian stabilitas sistem keuangan dari kinerja perbankkan pertumbuhan kinerja perbankkan menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, seperti penyaluran kredit mencapai Rp 30,4 triliun, tumbuh 11,1 % (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II-2015 (9,8% yoy), sedangkan keuangan pemerintah APBD Provinsi Jambi triwulan II realisasi pendapatan mencapai Rp 1,55 triliun atau 45,12 dari target dalam APBD 2016, pendapatan terbesar ini masih disumbangkan dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 535,23 miliar atau 34,5% dari total realisaai pendapatan.
Proyeksi ekonomi Jambi, mengacu dengan asumsi kondisi ekonomi global, komoditas unggulan jambi seperti batu bara cenderung masih mengalami kontraksi cukup dalam pada Q3 dan Q4-2016, sementara kondisi 2017 masih diprediksi stagnan, berbeda dengan harga CPO diperkirakan meningkat diatas 10% pada tahun 2016, begitu pula komoditas karet masih mengalami kontraksi ditahun ini tetapi diprediksi mulai membaik ditahun 2017 mendatang seiring tren kenaikan harga minyak dunia.
Menjawab pemaparan pihak BI, perbankkan lain dan stakeholder lainnya, diseminasi KEKR dinilai sangat baik dilaksanakan, bahkan dari pembahasan dalam forum ini bisa dijadikan bahan untuk dijadikan program prioritas pemerintah Provinsi Jambi, misalnya yang dikemukakan pengamat ekonomi yang juga terlibat dalam tim penyusun program pemprov jambi, Pantun Bukit. ” RPJMD kita akan revisi sesuai perkembangan ekonomi serta mengacu dengan kondisi keuangan daerah, ” ungkap Pantun. (yop).