Gubernur Jambi Hadiri Eagle Roadshow Indonesia Sehat Di Kampus UNJA

1298 views

suarajambi_com_74_13254044_1213065912050958_1049716893887502698_n

rakyatjambi.co, JAMBI – Gubenur Jambi, H.Zumi Zola, S.TP, MA menghimbau generasi muda Jambi untuk mengeksplor (menggali dan mengangkat) Provinsi Jambi dalam film dokumenter. Himbauan tersebut disampaikan oleh Zumi Zola dalam Eagle Roadshow Indonesia Sehat, Eagle Award Documentary Competition, bertempat di Aula Rektorat Universitas Jambi (Unja), Kampus Mendalo, Kabupaten Muaro Jambi, Kamis (19/5) siang.

Eagle Award Documentary Competition adalah ajang kompetisi film dokumenter se Indonesia yang diselenggarakan oleh Eagle Institute, yayasan dibawah Metro TV, untuk memunculkan sineas-sineas di tanah air. Dan, ini pertama kalinya Jambi dikunjungi oleh tim Eagle Institute.

Zola mengemukakan bahwa kedatangan tim Eagle Institute ke Provinsi Jambi merupakan kesempatan yang sangat baik bagi Jambi, terutama bagi generasi muda Jambi untuk mengangkat Jambi dalam film dokumenter. Zola menghimbau generasi muda Jambi untuk berkarya dalam film dokumenter dan memanfaatkan kedatangan tim Eagle Institute ke Jambi semaksimal mungkin.

“Film dokumenter itu punya kekhasan dibandingkan dengan jenis film yang biasa kita tonton di bioskop, dalam film dokumenter, nilai idealismenya tinggi, kejujurannya sangat tinggi, informasinya sangat padat. Saya pikir ini bagus untuk menjadi salah satu pilihan bagi adik-adik di Jambi ini untuk membuat film dokumenter nantinya,” ujar Zola.

Zola mengatakan, banyak bahan untuk dijadikan film dokumenter di Provinsi Jambi, dari Keinci sampai Tanjung Jabung Timur, yang bisa diangkat, misalnya Suku Anak Dalam yang pernah dijadikan film di layar lebar Sokola Rimba yang mendapat respon positif. “Kita mempunyai banyak bahan, ini tantangan kita,” sebut Zola.

“Terimakasih kepada Metro TV yang sudah memberikan kesempatan bagi anak muda Jambi untuk dapat berkarya dalam film dokumenter. Saya sangat berharap akan banyak bahan tentang Jambi yang bisa diangkat menjadi film dokumenter,” harap Zola.

Ketika ditanyakan tanggapan tentang kedatangan tim Eagle Institute yang baru pertama kali datang ke Jambi setelah 12 tahun Eagle Institute, dan pengalaman Zumi Zola dalam dunia perfilman menjadi salah satu alasan penting pihak Eagle Institute untuk datang ke Jambi, Zola menyatakan apresiasi kepada pihak Eagle Institute atas pertimbangan tersebut.

“Alhamdulillah, kalau ada sedikit banyak faktor yang bisa saya berikan yang bisa memberikan manfaat untuk Jambi yang menjadi pertimbangan dari pihak Eagle Awards. Jambi mendapatkan kesempatan yang luar biasa ini, jangan lewatkan kesempatan yang baik ini, berkaryalah, buatlah film dokumenter. Jangan berpikir terlalu rumit dulu, yang diinginkan dan yang paling penting adalah idenya, ide yang paling menarik, nanti akan dibiayai untuk dibuatkan film. Jadi, jangan terlalu banyak pertanyaan teknis, jangan pikirkan itu, yang paling penting dinilai di sini adalah idenya,” jelas Zola.

“Saya mengucapkan terimakasih kepada Metro TV dan kepada pihak penyelenggara program Eagle Award sudah memilih Jambi, memberikan kesempatan bagi generasi muda Jambi untuk berkarya dibidang film dokumenter. Dan, insyaallah pilihannya tidak salah, mengapa demikian, karena kreativitas anak-anak muda Jambi itu sangat baik sekali, ditunjang lagi dengan bahan-bahan yang banyak sekali. Di tingkat nasional sudah diangkat di layar lebar, Sokola Rimba SAD, itu baru satu, masih banyak lagi yang bisa diangkat, dari daerah pegunungan Kerinci sampai daerah pesisir Tanjung Jabung Timur Tdan anjung Jabung Barat,” terang Zola.

“Mudah-mudahan ini bisa menjadi trigger(pemicu) untuk anak-anak muda di Jambi. Yuk, kita berkarya, yang selama ini mungkin dengan gadget sudah tidak asing lagi, dan, membuat film dokumenter itu kan saya pikir, dengan menggunakan handycam bisa, tidak perlu berpikir yang rumit-rumit, tinggal kekuatan intinya adalah di ide, ide apa yang disampaikan dalam film dokumenter itu,” lanjut Zola.

“Saya optimis, banyak sekali yang bisa dieksplor dan nanti bisa sampai ke tingkat nasional. Selain SAD, mungkin bisa diangkat dedikasi dari tenaga pendidik dan dedikasi dari tenaga pengajar yang bekerja di pedalaman. Misalnya, kemarin saya bertemu dengan seorang dokter yang sudah mengabdikan dirinya di pedalaman untuk Suku Anak Dalam selama 15 tahun. Ini menjadi suatu inspirasi luar biasa. Selain itu, mungkin bisa jga diangkat tentang semangat tinggi anak-anak yang ingin sekolah di pedalaman,” jelas Zola.

“Ada suatu kejujuran yang ingin disampaikan dalam film dokumenter, ada informasi yang disampaikan yang mungkin kita belum tau sebelumnya, dan itu baik,” pungkas Zola.

Sebelumnya, produser film dokumenter dari Eagle Institute, Jastis menyatakan, setelah 12 tahun Eagle Institute, ini pertama kalinya pihak Eagle Institute datang ke Jambi. Jastis mengungkapkan, alasan pemilihan Jambi, selain sebelumnya belum pernah didatangi oleh pihak Egle Institute, adalah karena Gubernur Jambi, Zumi Zola adalah eks aktor, mempunyai pengalaman dalam dunia perfilman.

Jastis mengharapkan, dengan kedatangan tim Eagle Institute ke Jambi, akan lahir film dokumenter tentang Jambi atau dengan bahan Jambi, dengan local wisdom (kearifan lokal) yang bisa menginspirasi. “Hal-hal yang inspiring bisa memberikan energi positif bagi masyarakat,” ungkap Jastis.

Jastis menyatakan, Eagle Institute ingin meberikan kesempatan luas kepada masyarakat Indonesia, termasuk Jambi, untuk membuat film dokumenter. Jastis mengungkapkan, orang yang tertatik untuk membuat film dokumenter tidak perlu memikirkan teknis dalam pembuatan film, namun yang paling penting adalah ide dan gagasannya menarik, kemudian pihak Eagle Institute akan membantu untuk memfasilitasi untuk menjadikannya film dokumenter. “Jangan memikirkan teknis, cukup gagasannya,” ujar Jastis.

Toni Trimarsanto, sesepuh dalam pembuatan film dokumenter menambahkan, ada 3 indikator kesuksesan film dokumenter, yaitu : 1.Ada keteladanan dari film yang disajikan, 2.Kalau ada masalah seperti apa solusinya, dan 3.Drama, artinya bagaimanapun film yang disajikan harus bisa dinikmati.

Dalam acara yang dipandu oleh presenter Metro TV, Stephanie Silitonga tersebut, dilakukan tanya jawab para mahasiswa mahasiswi dengan pihak Eagle Institute dan dengan Gubernur Jambi.

Pada kesempatan tersebut, Zola mengatakan, film dokumenter favoritnya adalah film berjudul “Oversize Me,” film yang mengisahkan tentang seorang anak muda yang meneliti dampak dari terus-menerus mengkonsumsi makanan junk fooddan fast food (makanan cepat saji) terhadap kesehatan tubuh.

Zola mengemukakan, nilai positif dari film Oversize Me tersebut adalah, si anak muda tersebut rela menjadikan dirinya sendiri menjadi bahan pembuktian.(adv)

 

Comments

comments

Penulis: 
    author

    Posting Terkait